Bisnis.com, JAKARTA -- Pada kuartal II/2018, harga batu bara acuan (HBA) masih berada dalam tren penurunan dan telah meninggalkan level US$90 per ton.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, HBA Mei 2018 ditetapkan senilai US$89,53 per ton. Nilai tersebut turun 5,51% dari HBA April 2018 yang sebesar US$94,75 per ton.
Penurunan ini merupakan yang kedua kalinya secara berturut-turut. Sebelumnya, HBA terus mengalami kenaikan sejak pertengahan tahun lalu.
Meskipun begitu, rata-rata HBA dalam lima bulan pertama tahun ini masih berada di level US$96,47 per ton.
Rata-rata tersebut jauh lebih tinggi dari rata-rata HBA sepanjang 2017 yang berada di level US$85,92 per ton. Apalagi, jika dibandingkan dengan rata-rata HBA pada 2016 yang hanya senilai US$61,84 per ton.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan turunnya HBA kali ini disebabkan semakin ketatnya pasar batu bara di China. Negara tersebut terus membatasi impor batu baranya.
"China membatasi impor dan menutup sebagian pelabuhan untuk bongkar muatan batu bara," katanya kepada Bisnis, Jumat (4/5/2018).
Adapun HBA tersebut dibentuk dari empat indeks internasional. Keempat indeks penyusun tersebut adalah Indonesia Coal Index (ICI), New Castle Global Coal (GC), New Castle Export Index (NEX), dan Platts59 dengan masing-masing indeks memiliki bobot 25%.