Bisnis.com, JAKARTA— Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia menyambut baik rencana investasi Tata Steel.
Hidayat Triseputro, Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA), mengatakan saat ini konsumsi baja per kapita dalam negeri masih rendah sehingga masih cukup potensial. Selain itu, pemerintah juga sedang gencar membangun infrastruktur.
"Kami sambut baik rencana investasi mereka. Mereka investasi pasti sudah menghitung potensi dan prospek pasarnya," katanya.
Produsen baja asal India Tata Steel Ltd. menyatakan minat untuk berinvestasi di Indonesia. Rencananya, perusahaan ini bakal masuk ke industri hilir dari kawat baja atau wire rod.
Pada hari ini, Senin (23/4/2018), perwakilan Tata Steel berkunjung ke Kementerian Perindustrian untuk bertemu dengan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.
Airlangga mengatakan Tata Steel, sebagai salah satu pemain besar di industri otomotif, baja, dan beberapa sektor lain, tengah melihat potensi investasi di Indonesia.
“Mereka sedang survei, termasuk lokasi dan regulasi. Nilai investasi diperkirakan sekitar 60 juta dolar Singapura,” ujarnya Senin (23/4/2018).
Airlangga menyebutkan Tata Steel berencana untuk melakukan survei ke beberapa kawasan industri di Jawa, antara lain di Banten dan Jawa Timur.
Belum lama ini, pemerintah menerapkan bea masuk anti dumping (BMAD) untuk steel wire rod dari China yang menjadi bahan baku dari industri hilir, seperti produsen paku, baut, sekrup, dan sebagainya. Pengenaan bea masuk tersebut ditegaskan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.010/2018 tentang Pengenaan Bea Masuk Anti-Dumping terhadap impor produk steel wire rod dari China.
Dalam pertimbangan beleid, keputusan untuk mengenakan bea masuk anti-dumping dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI). Hasil penyelidikan lembaga ini menyebutkan bahwa telah terbukti terjadi dumping atas impor barang steel wire rod yang berasal dari China.