Bisnis.com, JAKARTA—Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia berharap kenaikan permintaan masyarakat terus berlanjut.
Adhi S. Lukman, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi), menuturkan pada Januari dan Februari tahun ini, permintaan masyarakat melambat, terutama untuk jenis produk minuman dan mi instan. Namun, untuk produk lain, seperti biskuit, bumbu dapur, dan susu cair mengalami peningkatan.
“Untuk Maret, saya lihat dari beberapa anggota banyak yang mulai naik permintaannya. Mudah-mudahan terus berlanjut sampai Lebaran nanti,” ujarnya Senin (23/4/2018).
Seiring dengan peningkatan permintaan, produsen makanan dan minuman juga mulai meningkatkan produksi. Adhi mengatakan peningkatan produksi ini terlihat dari peningkatan impor bahan baku, seperti gula.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor barang baku/penolong pada Maret 2018 tercatat senilai US$10,83 miliar atau tumbuh 9,01% y-o-y. Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, impor bahan baku/penolong naik 2.62% m-t-m. Salah satu komoditas penyumbang kenaikan terbesar adalah raw sugar senilai US$125,6 juta atau tumbuh 10,46%.
Adhi pun berharap pemerintah memberikan stimulus agar konsumsi masyarakat kembali terangkat melalui program bantuan dana langsung, dana desa, dan percepatan pemberian gaji ketiga belas. “Itu sebagai pemicu, kalau pemerintah mengucurkan itu, masyarakat juga confident untuk spending,” katanya.
Melihat kenaikan permintaan yang mulai meningkat pada Maret 2018, Adhi pun menyatakan pertumbuhan industri makanan dan minuman dalam negeri masih berada sesuai dengan perkiraan. Sepanjang tahun ini, Gapmmi memproyeksi industri ini bisa tumbuh di atas 10% atau lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 9,23%.