Bisnis.com, JAKARTA - Realisasi ekspor konsentrat yang rendah dibandingkan dengan total rekomendasi yang diberikan pemerintah disebabkan oleh fluktuasi harga mineral yang memaksa perusahaan menahan laju ekspor.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan harga komoditas sangat menentukan volume penjualan. Ketika harga dirasa belum ekonomis, perusahaan pun bakal menunggu sampai harga membaik.
"[Realisasi rendah] karena harga komoditi yang rendah. Para perusahaan ikut menahan ekspor sampai harga kembali membaik," katanya, Kamis (19/4/2018).
Adapun beberapa perusahaan yang telah mendapatkan perpanjangan rekomendasi kuotanya tidak sebanyak rekomendasi pertama. PT Amman Mineral Nusa Tenggara kuota keduanya disamakan dengan realisasi pada periode sebelumnya.
PT Sebuku Iron Lateritic Ores (SILO) yang mendapatkan rekomendasi sebanyak 6,3 juta ton konsentrat besi hanya merealisasikan ekspor sebanyak 1,25 juta ton. Selanjutnya, pada perpanjangan rekomendasi ekspornya, kuotanya berkurang jadi 3,5 juta ton saja.
PT Smelting pun mengalami hal yang sama. Setelah realisasinya di bawah jumlah rekomendasi, kuota berikutnya berkurang dari kuota semula.
Adapun PT Freeport Indonesia yang realisasinya sesuai dengan jumlah rekomendasi, kuota yang diberikan pada rekomendasi berikutnya dinaikan dari 1,11 juta ton menjadi 1,25 juta ton konsentrat tembaga.