Bisnis.com, JAKARTA – Bank Dunia menyampaikan bahwa masa kebijakan moneter longgar di hampir seluruh negara-negara berkembang Asia tampak akan berakhir.
Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Sudhir Setty menyampaikan, salah satu tantangan pertumbuhan perekonomian kawasan Asia Pasifik dalam jangka pendek dan menengah adalah laju kenaikan suku bunga di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan Eropa.
“Dengan pengetatan kebijakan moneter, khususnya di AS dan Zona Euro, kini waktunya telah tiba untuk pembuat kebijakan dan bank sentral di negara-negara berkembang Asia untuk bersiap menaikkan suku bunga,” katanya dalam media briefing peluncuran World Bank East Asia and Pasific Economic Update April 2018: Enhance Potentioal di Jakarta, Kamis (12/4/2018).
Sudhir mengungkapkan, di dalam laporan terbaru Bank Dunia tersebut, suku bunga di hampir semua negara berkembang di Asia Pasifik, kecuali di Vietnam, berada pada level terendahnya sepanjang sejarah yang dipengaruhi oleh kebijakan moneter longgar di negara-negara ekonomi maju.
“Kapan waktu yang tepat dan dengan laju seperti apa kenaikan suku bunga tergantung dari kondisi negara-negara itu sendiri,” imbuhnya.
Adapun Ekonom Senior Bank Dunia Derek Chen menambahkan, kenaikan suku bunga oleh Bank Indonesia dapat berdampak negatif untuk investasi swasta saat ini, namun di waktu yang sama, menaikkan suku bunga juga dapat membendung keluarnya arus modal dari Indonesia.
“Meskipun saat ini, menurut saya, investasi swasta masih dapat menikmati suku bunga sekarang ini dan kami tidak melihat keluarnya arus modal secara masif dari Indonesia,” sambungnya.
Dia melanjutkan, arus modal asing yang masuk ke dalam negeri lewat obligasi telah menguat sepanjang 2017, sehinga tidak ada keharusan untuk terburu-buru dalam menaikkan suku bunga.
“Saya percaya Indonesia akan terus memperhatikan performa rupiah dan permintaan domestik serta laju arus investasi dan kredit,” tuturnya.