Bisnis.com, JAKARTA -- PT Pertamina Hulu Energi mencatat produksi migas perseroan masih sejalan dengan target yang telah ditentukan. Walaupun, perseroan menghadapi beberapa tantangan yang harus dihadapi.
Direktur Utama Pertamina Hulu Energi Gunung Sardjono Hadi mengatakan, sampai kuartal I/2018, kinerja produksi perseroan masih sesuai dengan target. Walaupun, ada beberapa tantangan seperti patokan target yang terlalu tinggi dan beberapa rencana kerja yang mundur.
"Namun, kami pun akan berupaya untuk mengejar dalam 9 bulan ke depan lewat akselerasi dan menambah rencana kerja seperti, work over," ujarnya kepada Bisnis pada Rabu (11/4).
Gunung pun mengklaim, walaupun beberapa blok terminasi tahun ini yang diserahkan kepada PT Pertamina (Persero), induk perseroan, masih belum diteken, tetapi produksi perseroan masih terjaga di atas rata-rata target tahun ini.
Sampai kuartal I/2018, rata-rata produksi minyak PHE sebesar 62.500 barel per hari, sedangkan gas sebesar 754 juta kaki kubik per hari.
Adapun, target perseroan pada tahun ini untuk produksi minyak bisa mencapai 70.410 barel per hari dan gas bisa sebesar 771,07 juta kaki kubik per hari.
Lalu, target lifting minyak perseroan pada tahun ini bisa menembus 68.080 barel per hari, sedangkan gas bisa sebesar 589 juta kaki kubik per hari.
Sebelumnya, Direktur Pengembangan PHE Afif Saifudin mengakui, blok terminasi yang diserahkan kepada perseroan adalah wilayah kerja yang sudah uzur. Untuk itu, perseroan pun harus melakukan tindakan agar tidak terjadi penurunan produksi yang tajam di sana.
“Kami akan melakukan aksi well service agar kondisi produksi lapangan di blok itu tetap terjaga. Walaupun, bakal ada sumur yang mati, kami pun akan mengembangkannya, tetapi tetap harus menunggu kepastian kontrak baru terlebih dulu,” ujarnya.
Afif mengatakan, pada Blok Ogan Komering yang dikelola perseroan lewat skema Joint Operational Body (JOB) dengan Jadestone Energi itu, perseroan telah menemukan dua sumur gas baru sebelum terminasi.
“Namun, kami belum akan kembangkan sumur itu karena menjelang terminasi, tetapi ketika sudah pasti akan bisa langsung dikembangkan. Itu juga menjadi strategi dalam menjaga produksi pasca peralihan dari kontrak lama ke kontrak baru,” ujarnya.
Adapun, Blok NSB-NSO yang tengah mencatatkan penurunan produksi juga disebut masih punya potensi jangka panjang.
Afif berdalih, penurunan produksi migas di NSB-NSO itu disebabkan fasilitas peninggalan operator sebelumnya Exxonmobil yang sudah terlalu tua dengan umur lebih dari 30 tahun. Namun, secara jangka panjang masih ada cadangan migas dengan ukurang besar di kedua blok migas tersebut.
“Kami masih akan berupaya mengebor 3 sumur pada 2018 dan 1 sumur pada 2019. Kalau itu sudah ditemukan, nantinya bakal mendongkrak produksi di NSB-NSO secara signifikan,” ujarnya.
Secara keseluruhan, PHE mencatat sangat siap untuk mengelola blok migas yang akan terminasi pada tahun ini.