Bisnis.com, JAKARTA -- Perusahaan pelayaran milik negara PT Djakarta Lloyd (Persero) berencana mengajukan perubahan entitas nama kepada pemegang saham sejalan dengan upaya transformasi perusahaan.
Perseroan juga berniat membentuk unit pengusahaan aset untuk menambah pendapatan. Direktur Utama Djakarta Lloyd Suyoto mengatakan saat ini pihaknya tengah menggodok sejumlah calon nama yang akan digunakan untuk mengganti entitas yang digunakan saat ini.
Selain nama, logo perusahaan juga akan diganti untuk membentuk citra perusahaan yang segar.
"Logo dan nama akan diganti. Misalnya ya, yang ada dalam pemikiran kami D'Lloyd Shipping. Kami akan ajukan ini ke pemegang saham," ujarnya kepada Bisnis.com, di Tangerang, Jumat (6/4/2018).
Untuk diketahui, Djakarta Lloyd didirikan pada 1951. Perusahaan ini menjadi salah satu perusahaan pelayaran nasional tertua yang masih eksis hingga saat ini.
Suyoto menuturkan citra perusahaan dengan nama Djakarta Lloyd di beberapa negara masih dianggap buruk oleh kreditor. Ini tak lepas dari rekam jejak wanprestasi utang perseroan di masa lalu.
Adapun, restrukturisasi Rp1,5 triliun sudah disepakati lewat penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). Perseroan baru akan membayar kewajiban pada 2019.
Menurutnya, sejumlah kreditor ada yang berkukuh untuk tidak menerima PKPU yang diputuskan oleh pengadilan. Maka, kreditor bisa sewaktu-waktu memerintahkan pengadilan di negeri asalnya untuk menahan kapal Djakarta Lloyd.
"Jadi pergantian nama juga bagian strategi kami untuk lolos dari itu [perintah penahanan]," ungkap Suyoto.
Sejak 2017, operasional Djakarta Lloyd mulai pulih dengan perolehan kontrak pengangkutan batu bara 1,2 juta ton dari PT PLN (Persero). Pada 2018, volume naik tiga kali lipat.
Perseroan juga mendapat kontrak dari perusahaan swasta dengan volume 500.000 ton. Suyoto menyebutkan hingga kuartal I/2018, perseroan membukukan laba sebesar Rp15 miliar.
Adapun hingga akhir tahun, Djakarta Lloyd membidik perolehan laba Rp70 miliar.
Di sisi lain, Djakarta Lloyd bakal merampungkan renovasi gedung kantor di kawasan Kota Lama Semarang. Gedung itu akan disulap menjadi sebuah kafe atau restoran, mengingat lokasi gedung kantor di kota itu terbilang strategis. Terlebih, Pemerintah Kota Semarang juga tengah gencar mempromosikan pariwisata, termasuk Kota Lama.
Pemanfaatan aset juga akan menambah leverage perseroan karena bisa menjadi jaminan ke perbankan. Berdasarkan penilaian kantor jasa penilai publik, aset Djakarta Lloyd di Semarang bernilai Rp12 miliar.