Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian terus memacu pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) agar produk yang dihasilkannya semakin kompetitif baik di pasar domestik maupun internasional. Faktor utama yang bisa mempengaruhi peningkatan daya saing produk IKM, antara lain standar kualitas produk, biaya produksi, dan waktu pengiriman produk.
“Mengenai faktor tersebut, Balai Besar Logam dan Mesin (BBLM) Bandung telah melakukan kegiatan penelitian, pengembangan, dan rekayasa (litbangyasa) dalam lima tahun terakhir ini,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara dalam keterangan tertulis, Sabtu (7/4/2018).
Ngakan menyampaikan, hasil litbangyasa dari salah satu balai di bawah BPPI Kemenperin tersebut, yakni membuat prototipe teknologi Computerized Numerical Control (CNC) Router dan 3D Printer yang dapat dimanfaatkan oleh IKM nasional.
"Dengan pemanfaatan kedua teknologi ini, diharapkan bisa memangkas waktu dan biaya produksi sehingga daya saing produk IKM kita naik,” tuturnya.
Kemudian, penggunaan teknologi dari implemetasi Industri 4.0 ini, juga mampu menghasilkan produk dengan tingkat kepresisian dan kecermatan yang lebih baik.
"Selain itu, tentunya akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi proses produksi. Jadi, IKM kita dapat pula meningkatkan daya saing harga jualnya dan memenuhi target delivery dari pelanggan,” terang Ngakan.
Sebagai contoh peningkatan efisiensi kerja dan penghematan waktu dengan pemanfaatan teknologi CNC Router yang telah dilakukan di BBLM adalah saat pembuatan pola komponen casing pompa centrifugal. Waktu yang diperlukan untuk pembuatan pola tersebut secara manual memerlukan waktu proses pengerjaan sampai 20 hari kerja dengan jumlah pekerja dua orang.
“Setelah proses pembuatan pola menggunakan CNC Router hasil litbangyasa ini, proses pembuatan hanya memerlukan waktu sekitar lima hari kerja dan hanya memerlukan satu orang operator,” ungkapnya.
Bahkan, jika menelaah nilai ekonominya setelah menggunakan CNC router, produktivitas pembuatan pola komponen casing pompa centrifugal juga bisa meningkat sampai 400%.
“Kemudian dari penghematan biaya yang didapatkan jika dilihat dari sisi tenaga kerja saja sudah sangat signifikan, di mana biaya SDM yang dikeluarkan dapat ditekan lebih dari 80 persen setelah menggunakan teknologi CNC Router ini,” lanjutnya.
Dari kegiatan litbangyasa yang telah dilakukan, BBLM Bandung merancang mesin CNC Router dan 3D Printer dengan design compact dan harga yang terjangkau untuk pelaku IKM. Pasalnya, selama ini masyarakat beranggapan bahwa kedua teknologi tersebut tidak cocok untuk diterapkan oleh IKM karena memerlukan biaya yang tinggi.
“Dalam perekayasaan yang kami lakukan, menggunakan peralatan kontrol dan komponen mekanik yang telah tersedia di pasaran dengan harga yang murah dan mudah didapatkan. Produk yang dihasilkan oleh BBLM ini berupa 3D printer bisa didapatkan dengan biaya mulai dari Rp3 juta, dan mesin CNC Router bisa didapatkan mulai dari Rp5 juta, tergantung aksesoris dan requirement yang diperlukan oleh IKM,” paparnya.
Menurut Ngakan, pemanfaatan teknologi CNC Router dapat digunakan oleh berbagai aktivitas di sektor IKM, seperti pembuatan beragam jenis geometri kerajinan dari bahan kayu dan alumunium, pembuatan pola pada industri pengecoran, serta pembuatan bentuk-bentuk dari perhiasan atau pajangan.
Sementara itu, pemanfaatan teknologi 3D Printer sebagai mesin rapid prototyping ini bisa membuat dummy geometri produk secara nyata dan langsung menunjukkan hasilnya pada pelanggan mereka. “Jika dilihat dari pemanfaatan teknologi CNC Router dan 3D Printer ini, sangat cocok digunakan di berbagai jenis produk IKM, antara lain perhiasan, mebel, logam, kerajinan perak dan kayu, serta elektronika,” sebut Ngakan.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan, industri nasional saat ini tengah membutuhkan konektivitas serta interaksi melalui teknologi, informasi dan komunikasi yang terintegrasi dan dapat dimanfaatkan di seluruh rantai nilai manufaktur guna mencapai efisiensi dan peningkatan kualitas produk.
“Peningkatan nilai tambah merupakan kunci untuk bisa bersaing dan memenangkan kompetisi pada persaingan global sekarang,” tegasnya.
Untuk itu, Indonesia telah berkomitmen untuk membangun industri manufaktur nasional yang berdaya saing global melalui percepatan implementasi Industri 4.0 dengan meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0.