Bisnis.com, JAKARTA -- Harga batu bara acuan diperkirakan akan berada dalam tren penurunan di kuartal II/2018.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan penurunan tersebut utamanya disebabkan konsumsi batu bara yang melambat di sebagain besar negara. Hal itu seirin dengan berakhirnya musim dingin pada akhir Maret lalu.
"Trennya harga tertekan di kuartal II. Jadi ini memang lebih banyak disebabkan oleh seasonal factor," katanya, Selasa (3/4/2018).
Dia menjelaskan penurunan konsumsi batu bara di Cina menjadi penarik utama HBA pada bulan ini. Adapun dari sisi produksi masih cenderung normal.
Menurut Hendra, fluktuasi harga yang terjadi bakal membuat perusahaan berhati-hati dalam menyusun rencana produksinya. Meskipun masih berada di kisaran yang tinggi, perusahaan diperkirakan belum akan menaikan produksinya.
"Perusahaan juga tidak bisa serta-merta menaikkan produksinya. Banyak pertimbangannya, termasuk cost yang bisa meningkat juga," ujarnya.
Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, HBA April 2018 ditetapkan senilai US$94,75 per ton. Angka tersebut turun 6,98% dari HBA Maret 2018 senilai US$101,86 per ton.
Meskipun begitu, rata-rata HBA dalam empat bulan pertama tahun ini masih berada di level US$98,21 per ton. Rata-rata tersebut jauh lebih tinggi dari rata-rata HBA tahun lalu senilai US$85,92 per ton, apalagi jika dibandingkan dengan rata-rata HBA pada 2016 yang hanya senilai US$61,84 per ton.