Bisnis.com, JAKARTA – Pergeseran tren ritel ke arah dagang-el telah mengubah pertumbuhan properti sektor ritel melemah dan digantikan dengan pembangunan pergudangan.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David E. Sumual menyatakan dengan tren digitalisasi perdagangan saat ini mulai menjamur tren ketersediaan pergudangan yang bahkan dipasarkan melalui aplikasi internet. Dia memprediksi, ke depannya tren ini akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM).
“Kalau lihat ke depannya, tren ini meningkat karena saya rasa UMKM menaruh barangnya juga di tempat itu [gudang],” terang David kepada Bisnis di Bank Indonesia, Senin (2/4/2018).
Dia menegaskan saat ini kredit untuk pergudangan memang baru akan tumbuh. Alasannya, banyak pengusaha besar yang juga beralih dari bentuk departemen store menjadi pergudangan. Begitu pula pengusaha menengah yang beralih dari ruko menjadi pergudangan.
“Saat ini belum tinggi, tetapi nanti dalam 3-5 tahun bisa lebih tinggi dari kredit perumahan. Sekarang kredit perumahan 11%, pergudangan ini bisa bergerak awal 5% sampai 8%,” kata David.
David menerangkan saat ini non performing loan (NPL) juga masih tinggi untuk kredit ukuran roko. Hal ini berimbas terhadap lemahnya permintaan ruko. Di sisi lain, NPL yang tinggi disebabkan karena kebanyakan tuko yang laku adalah ruko supply sebagai investasi.
Baca Juga
“Jadi untuk kebutuhan investasi 3 bulan, setahun, lalu dijual kembali. Maka harga naik 18% dari riset Cushman & Wakefield,” tutur David.
Ada pun faktor digitalisasi dari proses produsen ke konsiumen saat ini yang mendorong pemakaian gudang lebih efisien.