Bisnis.com, JAKARTA - Izin ekspor bijih nikel kadar rendah (<1,7% Ni) sebesar 2,7 juta wet metric ton (WMT) dan bijih bauksit tercuci dengan kadar ≥42% Al2O3 sebesar 840.000 WMT PT Aneka Tambang Tbk (Antam) diperpanjang.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengeluarkan rekomendasi perpanjangan persetujuan ekspor mineral logam itu untuk periode 2018-2019.
Pada 2017, perseroan mendapatkan rekomendasi ekspor bijih nikel kadar rendah dengan total sebesar 3,9 juta WMT yang terdiri dari 2,7 juta WMT diperoleh pada Maret 2017 dan 1,2 juta WMT diperoleh pada Oktober 2017. Adapun rekomendasi ekspor bijih bauksit tercuci diperoleh pada periode Maret 2017.
Antam tertmasuk dalam kriteria Perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Nikel dan Bauksit yang telah memiliki dan mengoperasikan serta mengembangkan pabrik pengolahan mineral di dalam negeri. Itu sesuai Peraturan Menteri ESDM No. 5 Tahun 2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian di Dalam Negeri.
Direktur Utama Antam, Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan ekspor bijih nikel dan bijih bauksit oleh Antam akan mendukung hilirisasi mineral yang telah dilakukan sejak 1974, sejalan dengan pengoperasian pabrik feronikel FeNi I.
Saat ini, Antam sudah memiliki beragam fasilitas pengolahan mineral baik nikel, emas, perak maupun bauksit. Selama lebih dari empat dekade Antam terus meningkatkan nilai tambah mineral yang dimiliki. "Ini sejalan dengan kebijakan hilirisasi pemerintah," ujar Arie Prabowo Ariotedjo dalam keterengan resminya, Kamis (29/3/2018).
Tahun lalu, penjualan ekspor bijih nikel kadar rendah Antam sebesar 2,73 juta WMT dan ekspor bijih bauksit tercuci 766.000 WMT. Besaran kontribusi Antam kepada negara pada 2017 dari pembayaran sektor pajak serta pendapatan negara bukan pajak (PNPB) mencapai Rp735 miliar.
Antam berkomitmen dalam pengembangan proyek hilirisasi mineral di dalam negeri. Proyek kunci Antam saat ini yang mencakup proyek pembangunan pabrik Feronikel Haltim (P3FH) berjalan dengan on track dengan realisasi konstruksi 38% sampai dengan akhir 2017. Direncanakan pabrik Feronikel Haltim (Line 1) memiliki kapasitas produksi 13.500 ton nikel dalam feronikel (TNi) dimana konstruksi pabrik direncanakan selesai pada akhir 2018.
Dalam hal pengembangan komoditas bauksit, saat ini Antam terus berfokus pada pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat bekerjasama dengan PT Inalum (Persero) yang memiliki kapasitas pengolahan sebesar 1 juta ton SGA per tahun (Tahap 1).