Bisnis.com, JAKARTA – Regulator, pelaku usaha dan produsen pangan sepakat bahwa dibutuhkan kolaborasi dalam upaya mencapai ketahanan pangan.
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengajak berbagai pihak untuk memastikan setiap orang mendapatkan pangan yang aman dan bergizi, serta berkolaborasi dalam menjawab tantangan dalam isu perubahan iklim, pertumbuhan populasi, dan kompetisi penggunaan lahan.
Darmin dalam pembukaan Responsible Business Forum mengharapkan sinergi semua pihak untuk menghadirkan aktivitas agrikultur yang menarik, termasuk bagi para pemuda dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan ketahanan pangan.
“Ketahanan pangan adalah ketika semua orang bisa mengakses makanan yang sehat. Populasi indonesia pada 2045 akan ada mencapai 320 juta orang dan didominasi oleh productive age. Artinya pemerintah harus menyediakan makanan yang baik. Ketahanan pangan bagi kami adalah menyiapkan ekosistem pangan yang baik,” katanya, Selasa (27/3/2018).
Darmin mengatakan telah mengidentifiksi beberapa masalah yang harus diselesaikan untuk mengatasi ketahanan pangan seperti harga beras yang mahal dan rendahnya kualitas gabah. Selain itu juga ada masalah yang timbul karena pergeseran musim dan beberapa sub-sektor lain.
Menurutnya, pemerintah sudah melakukan tindakan untuk menyelesaikan isu-isu itu seperti meningkatkan keakuratan data, mengembangkan efektivitas rantai pasokan dan mendorong efisiensi.
Selain itu, Darmin menegaskan perlu ada semacam sinergi dari sektor pemerintah dan swasta untuk menjadikan sektor pertanian menarik bagi anak muda sehingga krisis ketahanan pangan dapat terhindari.
Sementara itu, Presiden Indonesian Business Council for Sustainable Development (IBCSD) Shinta Kamdani pun meminta para pemangku kepentingan bekerja sama dalam satu arah untuk mencapai ketahanan pangan.
“Sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia merupakan produsen utama agrikultur dan jembatan antara Asia dan Australia. Bisnis yang dilakukan secara biasa bukan lagi pilihan. Kita membutuhkan kepemimpinan dan cara berpikir yang baru untuk memecahkan tantangan pembangunan berkelanjutan,” katanya.