Bisnis.com, JAKARTA – Supply chain management 4.0 atau generasi keempat diprediksi bakal mencerabut pekerjaan yang kerap dilakukan manusia karena akan digantikan oleh mesin.
Itu merupakan tantangan nyata dengan adanya supply chain management 4.0 atau generasi keempat, sehingga mempersempit lapangan pekerjaan bagi manusia. Kehadirannya membuat disrupsi teknologi hadir begitu cepat dan mengancam keberadaan perusahaan-perusahaan yang ada dan harus keluar dari zona nyaman.
BACA JUGA
- Supply Chain Management 4.0 Mengubah Kompetensi Jabatan
- TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN : SCI: Green Freight Butuh Insentif
- Menyisir Sukses dari Pinggir
- Ini Struktur Direksi Pertamina yang Baru
- Performa Transportasi: Dagang-El Sokong Pertumbuhan
Anggota Pokja Bidang Pelaku dan Penyedia Jasa Logistik Kementerian Koordinator bidang Perekonomian Hoetomo Lembito mengatakan pergantian tenaga kerja oleh mesin akan merambah ke berbagai pekerjaan [terutama] yang sangat berulang, sistematis, dan teknis.
“Kita tidak bisa hindari itu. Mau tidak mau SCM [supply chain management] 4.0 pasti akan masuk,” katanya kepada Bisnis, Rabu (14/3/2018).
Lembito menjelaskan salah satu yang memicu munculnya SCM 4.0 yakni adanya artificial intelligence. "Ini membuat mesin dapat mengambil alih pekerjaan di bidang logistik. Lantaran, truk bisa jalan tanpa ada supir."
BACA
- Supply Chain Indonesia: Sektor Transportasi Ditopang Perdagangan & E-commerce
- Proyek Infrastruktur Butuh Investasi Swasta Rp1.751,5 Triliun
- Ini yang Diperlukan untuk Meningkatkan Peran Swasta di Proyek Infrastruktur
- RANTAI PASOKAN : Menilai Kinerja Logistik Sejak Dini
- Pertamina Hulu Mahakam: Pengapalan Perdana Dimulai
Namun, katanya, meski akan menghilangkan banyak pekerjaan, SCM 4.0 memiliki banyak peluang baru di bidang logistik. Di mana manusia akan lebih mengoptimalkan fungsi otak. Lantaran SCM 4.0 ditandai dengan kemunculan superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, perkembangan neuroteknologi, dan semacamnya.