Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan penyedia listrik berbasis sinar matahari (surya), PT.ATW Sejahtera, meyakini konsumen energi listrik berbasis cahaya matahari diIndonesia akan terus meningkat dari waktu ke waktu seiring meningkatnya kesadaran tentang pentingnya menggunakan energi terbaharukan (renewable energy) yang
ekonomis dan ramah lingkungan.
"Saat ini Indonesia masih jauh tertinggal dalam penggunaan energi listrik dari sinar matahari dibandingkan dengan negara-negara di Eropa, Jepang, Amerika Serikat. Bahkan dengan negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, Filipina, kita juga masih tertinggal. Tetapi tren di Indonesia sudah menunjukkan pertumbuhan
menggembirakan, dari tahun ke tahun sudah banyak perusahaan yang menggunakan jasa kami," kata President Director ATW Sejahtera, Paulus Adi Wahono kepada Bisnis, Kamis (15/3/2018).
Dia menjelaskan Indonesia menyimpan potensi yang jauh lebih besar dari negara-negara tersebut karena dikaruniai potensi energi dari sinar matahari yang sangat besar lantaran posisinya berada di jalur khatulistiwa, dimana waktu siangnya sama panjangnya dengan waktu malam.
Inverter, alat pengubah arus searah (Direct Current/DC) ke arus bolak balik (Alternating Current/AC)
ATW Sejahtera dengan merek dagang ATW SOLAR, paparnya, terpanggil untuk memanfaatkan potensi tersebut guna membantu masyarakat mendapatkan solusi energi yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan.
"Sekarang ini harga panel surya sudah sangat kompetitif. Bahkan di banyak negara, harga listrik dari panel surya sudah lebih murah dari listrik konvensional. Inilah yang membuat kami semakin bersemangat membantu masyarakat dalam memanfaatkan sumber energi listrik terbaharukan ini".
Paulus mengemukakan setidaknya ada 2 keuntungan nyata yang didapatkan masyarakat dari penggunaan panel surya ini yakni lebih murah dan lebih hijau. Memang diakuinya investasi di awal cukup besar, namun jika produksi lebih dari keseluruhan masa hidup sistem, konsumen bisa mendapatkan harga listrik per kWh yang lebih
murah dibandingkan dengan menggunakan listrik konvensional.
"Lalu lebih hijau karena produksi listrik panel surya tidak menghasilkan polusi ataupun emisi sehingga ramah lingkungan," katanya.
Baca Juga
Keuntungan Ekonomis
Paulus mengilustrasikan keuntungan ekonomis dari penggunaan energi terbarukan ini. Untuk investasi satu sistem panel surya rumahan sebesar 6 kWp, dibutuhkan investasi sekitar Rp110 juta. Sementara penghematan tagihan setahun bisa mencapai Rp12 juta untuk kawasan Jabodetabek.
Net Meter Unit, peralatan milik PLN ini berfungsi untuk mendeteksi energi yang dikirim ke pelanggan (kWh Export) dan energi yang diterima dari pelanggan (kWh Import). Pada akhir bulan tagihan pelanggan adalah tagihan Energi Net yaitu kWh Export dikurangi kWh Import.
"Jika memperhitungkan inflasi tarif PLN sebesar 6%, pemilik rumah dapat mencapai balik modal selama 7 tahun. Masih ada sisa sekitar 18 tahun pemilik rumah menikmati listrik "gratis" karena jaminan kinerja panel surya adalah 25 tahun langsung dari pabrik," ujarnya.
Untuk memasyarakatkan penggunaan energi ini, pihak ATW Sejahtera berharap pemerintah dapat memberikan dukungan berupa peraturan-peraturan yang memudahkan masyarakat mendapatkan listrik tenaga matahari yang handal, murah dan ramah lingkungan.
"Kami melihat aturan pemerintah dalam hal energi terbaharukan masih belum sinkron antara satu dengan yang lain sehingga membuat langkah investor menahan diri untuk melakukan investasi dalam hal pengembangan investasi energi terbaharukan. Pengembangan energi ini hendaknya tidak dilihat sebagai kompetisi terhadap sumber energi
yang lain namun sebagai mitra yang saling melengkapi dan mendukung".
Paulus mengusulkan penerapan tarif listrik progresif yaitu melihat dari pemakaian jumlah energi yang dipakai konsumen, bisa menjadi bagian dari pengembangan energi terbaharukan terutama Solar Panel di Indonesia.
"Pemakaian energi yang besar dari konsumen bisa dihemat dengan instalasi panel surya yang ramah lingkungan," tuturnya.