Bisnis.com, JAKARTA- .Menristekdikti Mohammad Nasir menjelaskan, sejauh ini sejumlah universitas asal Eropa, Taiwan, dan Australia telah menjajaki kemungkinan pembukaan perguruan tinggi di tanah air. Dia menyebut universitas asal Eropa yang dimaksud antara lain University of Cambridge, dan Imperial College London.
“Harapan saya bisa direalisasi, paling tidak dua dululah tahun ini,” ujarnya, Rabu (14/3/2018).
Dia mengatakan, realisasi pendirian perguruan tinggi asing di Tanah Air juga mengacu pada perjanjian kemitraan komprehensif yang terjalin antar dua negara. Salah satunya adalah Indonesian-Australia Comprehensive Economic Partnership (IA CEPA) yang hingga saat ini belum menemukan titik temu.
HIngga saat ini, setidaknya dua perguruan tinggi asal Australia telah menyatakan minatnya untuk mendirikan perguruan tinggi di Indonesia. Mereka adalah Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) University dan Melbourne University.
“Pasti ada tentang pendidikan [diatur di dalamnya], tetapi kami tidak menunggu itu [IA CEPA] karena itu sudah jelas [tanggung jawab] oleh Bapak Presiden,” jelasnya.
Meski demikian, dia mengaku belum memberikan izin kepada perguruan tinggi asing tersebut. Pasalnya, hingga saat ini pihak terkait masih melakukan penjajakan dan studi lebih lanjut mengenai regulasi dan proses pembangunan infrastruktur pendidikan di Indonesia, apakah akan membangun gedung baru atau menggunakan konsep sewa menyewa.
Menteri Nasir pun menegaskan dalam hal ini, pihaknya hanya berlaku sebagai fasilitator kepada perguruan tinggi asing. Namun mengenai realisasi investasi maupun kemitraan dengan Perguruan Tinggi lokal, akan dikerjakan langsung secara business to business.
“Izin belum ada, karena dia baru saya tawari untuk masuk. Kalau oke [dengan semua persyaratan], saya akan berikan izin,” jelasnya.
Lebih lanjut, dia memprediksi tahun ini sebanyak dua dari lima perguruan tinggi asing yang berminat dapat merealisasikan niatnya. Rencananya, kedua universitas asing tersebut akan dijadikan proyek percontohan dan diizinkan beroperasi di Jakarta. Bila berjalan lancar, maka langkah itu akan diikuti oleh perguruan tinggi asing lainnya secara bertahap.