Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenperin Tegaskan Tolak Wacana Ekspor Bahan Mentah

Kementerian Perindustrian menolak rencana dibukanya kembali ekspor bahan mentah hasil hutan Indonesia.
Pekerja menghaluskan komponen badan replika motor Harley Davidson yang terbuat dari kayu jati, di Kemiri, Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (14/6). Berbagai jenis replika motor besar diproduksi dari bahan kayu jati yang dijual ke berbagai negara seperti Prancis, Inggris, dan Belanda./Antara-Aloysius Jarot Nugroho
Pekerja menghaluskan komponen badan replika motor Harley Davidson yang terbuat dari kayu jati, di Kemiri, Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (14/6). Berbagai jenis replika motor besar diproduksi dari bahan kayu jati yang dijual ke berbagai negara seperti Prancis, Inggris, dan Belanda./Antara-Aloysius Jarot Nugroho

Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian menolak rencana dibukanya kembali ekspor bahan mentah hasil hutan Indonesia. 

Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian Edy Sutopo menuturkan fokus pengembangan industri nasional adalah memberi nilai tambah atas sumber daya alam yang ada di Indonesia. Memberi nilai tambah bahan baku akan mendatangkan keuntungan ekonomi berupa pembukaan lapangan pekerjaan baru.

"Selama ini posisi kami [Kementerian Perindustrian] tidak menyetujui [pembukaan kembali ekspor mentah]. Kami tidak ingin ekspor tanpa added value. Pak Menteri [Perindustrian Airlangga Hartarto] dan Pak Dirjen [Agro Kemenperin Panggah Susanto]  menolak," kata Edy di Jakarta, akhir pekan lalu. 

Eddy mengatakan penghiliran selain membuka lapangan pekerjaan juga mendatangkan devisa. Sebagai contoh, pulp dan kertas memiliki nilai ekspor sebesar US$5,7 miliar, industri mebel dan kerajinan US$1,8 miliar, dan pengolahan kayu US$2 miliar. 

"Itu baru beberapa di hulu. Belum lagi dihitung ke hilir. Apa yang selama ini masih impor, seperti kapas, kami dorong mengganti menjadi dissolving pulp untuk bahan baku. Karena itu [ekspor bahan mentah] sayang sekali [kalau dibuka kembali]," katanya.

Sebelumnya seperti yang diberitakan oleh Bisnis (7/3), Kementerian Lingkungan dan Kehutanan (KLHK) telah mengirimkan usulan kepada Kementerian Koordinator bidang Perekonomian agar ekspor kayu mentah dari Indonesia kembali dibuka. 

Dirjen Pengelolaan Hutan Produksi Lestari KLHK Ida Bagus Putera Parthama mengatakan sumber daya hutan tidak akan habis jika kayu gelondongan boleh diekspor kembali. Menurut dia, kayu merupakan sumber daya alam yang dapat dibudidayakan. KLHK mencatat volume kayu bulat yang keluar dari hutan alam (hak pengusahaan hutan/HPH) 5,5 juta m3, padahal potensinya mencapai 10 juta m3.

"Jadi, perumpamaan yang sering saya katakan itu, kalau kita punya ayam, ternyata lebih menguntungkan dijual sebagai ayam utuh, tapi karena enggak boleh, kita cacah jadi nugget, harganya lebih murah. Kan lucu," ujarnya.

Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Soenoto mengatakan usulan membuka kembali ekpsor bahan mentah merupakan sebuah kemunduran. Industri dalam negeri sedang berupaya meningkatkan pangsa ekspor. 

"Misalnya China sekarang bertekad menguasai Asia Pasifik. Silahkan mereka datang, tapi kegiatannya dari semi finish - sampai finishing. Bagi-bagi kerjaan. Dari bahan baku sampai semi finishing dikerjakan Indonesia [mitra lokal]," katanya. 

Dengan fokus ke nilai tambah maka target ekspor Indonesia untuk mebel dan kerajinan sebesar US$5 miliar dalam 2 tahun ke depan dapat direalisasikan. "Tidak zamannya lagi bekerja amatiran. Indonesia memiliki 80% rotan dunia tapi institute-nya di Jerman," katanya.

Soenoto menambahkan pengurus HIMKI telah menemui Presiden Joko Widodo untuk menolak wacana ekspor kayu mentah dari Indonesia ini. Dalam pertemuan tersebut presiden menjanjikan akan menolak rencana KLHK itu. 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anggara Pernando
Editor : Ratna Ariyanti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper