Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Insentif Barang Lokal di E-commerce Perlu Digulirkan

Bukalapak mengusulkan adanya dorongan insentif bagi marketplace yang mampu mengajak penjualnya memperdagangkan barang lokal.
Ilustrasi e-commerce
Ilustrasi e-commerce

Bisnis.com, JAKARTA — Bukalapak mengusulkan adanya dorongan insentif bagi marketplace yang mampu mengajak penjualnya memperdagangkan barang lokal.

Chief Financial Officer Bukalapak Fajrin Rasyid menyatakan skema seperti itu dapat mengedukasi pedagang mengutamakan ketersediaan barang produksi di dalam negeri.

“Apa yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan insentif kepada yang memperdagangkan barang lokal. Butuh insentif khusus bagi pedagang yang memperdagangkan barang lokal, apa lagi yang sebenarnya produsen, karena yang statusnya reseller itu banyak. Tetapi, itu pun dilakukan tanpa memberikan punishment kepada yang memperdagangkan barang impor,” ujarnya di Jakarta, Kamis (1/3/2018).

Fajrin menyadari kecemasan pemerintah terhadap maraknya dominasi barang impor di dalam platform marketplace. Hanya saja, dia beranggapan pemerintah merujuk kepada data yang tidak begitu tepat.

Bukalapak mengklaim dapat memastikan barang produksi lokal mendominasi barang yang diperdagangkan di dalam platformnya. Porsi produk lokal disebut mencapai 60%.

Sementara itu, sisanya merupakan barang yang tersedia di berbagai toko offline

“Mungkin saja didapat melalui impor, tapi tidak ada aturan yang dilanggar karena memegang dokumen custom clearance dan sebagainya,” terang Fajrin.

Menurut data Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA), saat ini produk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang ikut bertransaksi melalui e-commerce hanya sekitar 6%-7%. Sementara itu, 94%-95% produk yang dijual merupakan barang dari luar negeri.

Pemerintah pun telah menyatakan ada indikasi banyaknya impor yang dilakukan e-commerce belum terekam oleh pemerintah. Hal ini terlihat dari kenaikan impor barang konsumsi.
 
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor barang konsumsi pada Januari 2018 meningkat 26,44% secara year-on-year (yoy) menjadi US$15,13 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$11,96 miliar.

Jika dilihat per bulan, realisasi pada Januari 2018 lebih tinggi 0,26% dibandingkan Desember 2017 yang senilai US$15,09 miliar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper