Bisnis.com, JAKARTA – Pemanfaatan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit tidak merusak lingkungan asalkan dikelola secara benar. Bahkan, gambut yang dimanfaatkan untuk sawit akan semakin baik dan tidak mudah terdegradasi.
Pernyataan itu disampaikan dalam diskusi tentang kebijakan pengelolaan gambut di Indonesia ditinjau dari aspek ekologi, ekonomi, dan sosial di kampus Universitas Indonesia (UI) di Salemba, Jakarta, pada Selasa (27/2/2018).
Ketua Himpunan Gambut Indonesia (HGI) Supiandi Sabiham memaparkan tanah gambut memiliki karakter cepat kering dan mudah terbakar pada saat musim kemarau, tetapi masalah itu dapat diantisipasi dengan pembangunan sistem drainase yang baik.
Menurut dia, membuat kanal dan parit serta pintu-pintu air yang berfungsi membuang kelebihan air ketika musim hujan dan menahan air saat musim kemarau sangat penting. Air tanah akan terjaga sehingga tidak mudah terjadi kebakaran.
“Kuncinya adalah pengelolaan yang benar, disiplin, dan berkesinambungan,” katanya Supiandi melalui siaran pers.
Menurut dia, tujuan pengelolaan yang baik adalah kelembapan muka air tanah. Namun, kelembapan itu tidak ditentukan oleh tinggi muka air yang dipersyaratkan pemerintah 0,4 meter. Menurut dia, di kawasan hutan primer saja, ketinggian 0,4 meter mustahil dilakukan.
Oleh karena itu, lanjut Supiandi, batasan 0,4 meter perlu dipertanyakan dan dikaji. Sepanjang manajemen tata kelola baik, kedalaman lebih dari 0,4 meter tetap aman ditanami.
Sementara itu, peneliti Center for Southeast Asian Studies Kyoto University, Jepang, Kosuke Mizuno, mengatakan kunci pengelolaan gambut ada pada pembasahan sehingga kelembapannya tetap terjaga.
“Tidak ada jaminan dan penelitian bahwa dengan ketinggian 0,4 m gambut tetap baik," ujarnya.