Bisnis.com, JAKARTA – Realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sektor industri pengolahan atau manufaktur mengalami antiklimaks pada 2017. Tercatat, PMDN sektor industi mengalami penurunan pada tahun lalu menjadi Rp99,2 triliun, setelah sebelumnya berada dalam tren positif dengan terus membukukan peningkatan dalam kurun waktu 6 tahun terakhir.
Dalam Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terlihat capaian 2017 tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan realisasi pada 2016 yang sebesar Rp106,8 triliun. Adapun, Tren peningkatan investasi PMDN sektor industri mulai tumbuh sejak 2012 hingga 2016.
Kinerja positif itu bisa dilihat dari realisasi PMDN manufaktur pada 2012 sebesar Rp49,9 triliun. Kemudian, berturut-turut Rp51,2 triliun (2013), Rp59 triliun (2014), dan Rp89 triliun (2015)
Menaggapai hal tersebut, Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengungkapkan banyak faktor yang bisa mempengaruhi penurunan nilai investasi tersebut.
“Hal ini juga banyak disebabkan oleh hambatan-hambatan sektor internal lainnya yang membuat kebijakan yang kontra produktif atau tidak proinvestasi sektor manufaktur,” ujarnya di Jakarta, Selasa (27/2/2018).
Namun, ketika Bisnis mencoba menanyakan lebih jauh prihal kebijakan kontra produktif yang dimaksud, Panggah enggan berkomentar banyak.
“Tidak perlu saya sebutkan secara spesifik, tetapi intinya jangan membuat kebijakan yang tidak probisnis, propenyerapan tenaga kerja, peningkatan ekspor dan perluasan lapangan pekerjaan."
Walaupun mengalami penurunan nilai investasi, tutur dia, sektor industri agro sepanjang tahun lalu membukukan hasil yang menggembirakan. Dalam catatatnya, investasi PMDN sektor industri agro berhasil tumbuh pada 2017 dengan realisasi Rp49 triliun. Capaian tersebut lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp40,6 triliun.
“Seperti industri makanan dan minuman, pengolahan tembakau, kertas dan barang dari kertas, serta mebel,” imbuhnya.
Lalu, saat ditanya apakah penurunan investasi PMDN sektor industri terkait dengan program padat karya yang saat ini tengah digencarkan oleh pemerintah, Panggah menyebut hal tersebut tidak tepat.
“Permasalahan sebenarnya bukan pada peralihan investasi ke program padat karya, tetapi lebih pada hal ketersediaan bahan baku secara tepat jumlah, kualitas dan tepat waktu,” tegasnya.
Sebagai informasi, realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) sektor industri pengolahan atau manufaktur pada 2017 juga mengalami penurunan menjadi US$13,1 miliar. Jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan dengan realisasi PMA 2016 sektor yang sama dengan capaian US$16,7 miliar.