Bisnis.com, JAKARTA – Kebutuhan produk sanitasi berupa kloset di dalam negeri masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi yang ada saat ini.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramaik Indonesia (Asaki) Elisa Sinaga memperkirakan, kebutuhan produk sanitasi tersebut mencapai 9 juta unit setiap tahunnya.
“Padahal untuk produksinya baru mencapai 5,5 juta unit setiap tahun. Itu sudah termasuk yang jenis duduk maupun jongkok,” ujarnya kepada Bisnis.com di Jakarta, Selasa (20/2/2018).
Dia menduga, over demand tersebut disebabkan oleh peningkatan jumlah hunian yang terus berkembang belakangan ini. Untuk itu, Elisa berharap tingginya permintaan tersebut dapat dipenuhi oleh pelaku industri di dalam negeri dan bukan dicukupi dengan mengimpor produk dari luar negeri.
Dia mencontohkan, untuk industri keramik secara keseluruhan, pihaknya terus memantau terkait dengan masuknya produk impor dari Asia Timur yang tergolong mempunyai harga yang murah.
“Salah satunya dari China, mereka bisa memproduksi keramik sampai 4 miliar meter persegi, dan itu over supply. Dari situ kemudian mereka melempar kelebihan produksi tersebut dengan masuk ke negara-negara lain,” tuturnya.
Oleh karena itu dia berharap pemerintah harus jeli dengan memberlakukan beberapa aturan yang dapat melindungi industri di dalam negeri.
Asaki sendiri mencatat, pada 2016 industri keramik di dalam negeri menghasilkan sekitar 5,1 juta unit produk sanitasi. Jumlah tersebut turun jika dibandingkan dengan produksi pada 2015 yang sebesar 5,4 juta unit.
Adapun, konsumsi keramik ubin perkapitanya secara nasional pada 2016 sebesar 1,36 meter persegi, atau lebih rendah dibandingkan 2015 yang sebesar 1,49 meter persegi.