Bisnis.com, JAKARTA – Perekonomian Jepang melanjutkan ekspansi selama delapan kuartal berturut-turut pada kuartal IV/2017, namun laju pertumbuhan turun tajam dan berada di bawah ekspektasi.
Pertumbuhan yang lebih lambat tersebut terutama terkait penguatan yen, pelemahan tekanan inflasi dan menggarisbawahi kemungkinan stimulus lanjutan dari bank sentral.
Pemerintah Jepang melaporkan, produk domestik bruto (PDB) Negeri Sakura ini meningkat 0,5% pada tiga terakhir tahun 2017 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka ini lebih rendah dari perkiraan sebesar 1% dan dibandingkan dengan revisi 2,2% pada kuartal sebelumnya.
Ekspor bersih tidak memberikan kontrubusi berarti bagi pertumbuhan. Sementara itu, pengeluaran bisnis naik 0,7%, lebih rendah dari perkiraan sebesar 1,1% dari kuartal sebelumnya. Konsumsi swasta meningkat 0,5% pada kuartal keempat dari tiga bulan sebelumnya, lebih tinggi dari perkiraan sebesar 0,4%.
Dilansir Reuters, perekonomian Jepang telah melaju jauh di atas tingkat pertumbuhan potensial di kuartal terakhir, yang mendorong kepercayaan bahwa pasar tenaga kerja yang semakin ketat dan pendapatan perusahaan yang tinggi akan menghasilkan pengeluaran konsumen dan inflasi yang lebih kuat
Di sisi lain, walaupun konsumsi sektor swasta dan investasi bisnis meningkat, kenaikan upah masih lamban dan inflasi masih jauh di bawah target.
Baca Juga
Menteri Perekonomian Toshimitsu Motegi mengatakan laju pertumbuhan saat ini adalah yang terpanjang dalam 28 tahun terakhir dan merupakan awal dari sebuah siklus ekonomi yang positif.
"Sulit bagi ekonomi Jepang untuk mempertahankan diri ketika pendapatan terus meningkat. Hasilnya sesuai dengan pandangan kami," kata Yasutoshi Nagai, kepala ekonom Daiwa Securities, seperti dikutip Reuters.
Nagai menambahkan bahwa satu titik terang dalam data ekonomi saat ini adalah rebound dalam konsumsi rumah tangga.