Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian menyiapkan gas dari lapangan Tangguh sebagai bahan baku industri di komplek petrokimia Bintuni, Papua.
Direktur Jendral Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono menyatakan skema proyek strategis nasional yang sudah ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo tetap berlanjut meski Genting Energy berencana mengembangkan sendiri kawasan petrokimia.
"PSN hanya yang BP. Skrenarionya yang mereka [Genting] tawarkan mereka jalan sendiri tetapi tetap terbuka dengan investor lainnya termasuk dari dalam negeri," kata Sigit di Jakarta, Rabu (14/2/2018).
Dalam rencana awal pengembangan kawasan industri petrokimia ini, produksi dari lapangan Tangguh diperkirakan mencapai 90 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/MMscfd) dan dari Blok Kasuari yang dikelola Genting Energy sebanyak 170 MMscfd sebagai bahan baku.
Dari jumlah ini diperkirakan dapat dihasilkan 2 juta ton metanol per tahun. Bahan ini kemudian akan diolah menjadi etilen (191.500 ton per tahun), propilene (304.000 ton per tahun), polietilena (188.000 ton per tahun), polipropilene (320.000 ton per tahun), dan terdapat sisa metanol sebanyak 62.500 ton per tahun.
Sigit mengatakan dengan penetapan petrokimia Bintuni menjadi PSN, maka diperkirakan pemenang lelang baru dapat ditentukan pada 2019.
"Lelang mungkin tahun depan. Skema penentuan pemenang berdasarkan yang paling besar memberikan manfaat ke negara," katanya