Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Milenial Dorong Peritel Menyesuaikan Format

Generasi milenial akan mendorong peritel menyesuaikan format dengan kebutuhan dan preferensinya.
Pengunjung memilih pakaian di salah satu toko yang mengikuti program Jakarta Midnight Sale di sebuah mal, di Jakarta, Jumat (16/6)./Antara-Galih Pradipta
Pengunjung memilih pakaian di salah satu toko yang mengikuti program Jakarta Midnight Sale di sebuah mal, di Jakarta, Jumat (16/6)./Antara-Galih Pradipta

Bisnis.com, JAKARTA – Generasi milenial akan mendorong peritel menyesuaikan format dengan kebutuhan dan preferensinya.

Yongky Susilo, Staf Ahli Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), mengatakan ritel akan diminta berubah oleh milenial. Jika sebelumnya harga, kualitas, dan kecepatan tidak dapat diberikan sekaligus kini milenial mengaharuskan hal tersebut.

“Toko dan produk harus murah, kualitas bagus dan cepat  delivery-nya, yang tidak men-deliver demikian akan ditinggalkan oleh mereka,” kata Yongky, kepada Bisnis.

Dia menambahkan generasi milenial menangkap teknologi yang dapat menghilangkan kesulitan mereka, seperti harga mahal, waktu menggu lama, dan lainnya.

“Mereka [milenial] sebenarnya bisa lebih konsumtif karena informasi belanja dan produk didapatkan di ujung jari mereka,” ujarnya.

Menurutnya, tren ritel ke depan juga akan mengalami penyesuaian format termasuk untuk toko.

Yongky mengatakan ritel format besar harus berubah, jangan hanya tempat belanja yang perang harga tetapi harus diikuti paket kuliner (eating), rekreasi, belanja, meeting. “Membangun value baru bagi konsumen,” ujarnya.

Kemudian, format kecil, menurutnya harus mulai memikirkan nilai (value) juga karena biaya sudah mengalami kenaikan sehingga untuk bisa berkelanjutan harus menaikkan profitabilitas.

Selain itu, untuk department stores, katanya, harus memperbaiki layanan (service), dimana kecepatan proses belanja sudah didisrusi.

“Pelayanan dept store masih seperti decade lalu, ketinggalan zaman,” ujarnya.

Menurutnya, ritel yang fokus pada perubahan konsumennya akan tetap berkelanjutan. Dia menambahkan semakin meningkat daya beli, pelanggan akan membeli produk yang tidak fundamental (discretionary) yaitu produk yang menyenangkan hati bukan perut atau fisik.

Oleh karena itu, pengalaman  (experience) dalam toko, kemasan (packaging), keluaran (output) produk yang akan dicari.

“Produk-produk dan toko yang hanya memberikan benefit akan pelan-pelan ditinggalkan, yang diperjualbelikan adalah experience, namanya experience economy,” katanya.

Namun, untuk Indonesia sendiri dinilai masih mempunyai populasi yang besar di segmen menengah bawah (mid low) sehingga masih banyak segmen yang mencari produk-poduk basic.

“Jadi perubahnnya tidak seketika,” ujarnya.

Untuk ritel yang membidik segmen menengah atas, menurutnya peritel dan manufaktur harus membuat toko dan produk yang memenuhi kebutuhan imajinasi.

“Toko-toko yang men-deliver sesuatu yang dulu impossible, tetapi possible sekarang di depan mata,” ujarnya.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Agne Yasa

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper