JAKARTA - - Perbankan diharapkan tetap waspada dan berhati-hati dalam memilih penyaluran kredit properti kepada pengembang yang bonafid. Pasalnya penyaluran kredit properti pada 2018 diperkirakan tumbuh di atas rata-rata penyaluran kredit umum, atau sekitar 14%.
Tanto Kurniawan, senior konsultan properti mengatakan dalam kaitan pengembang, jika dalam kondisi booming, maka konsumen tak melihat bonatifitas pengembang, akn tetapi saat kondisi properti yang masih lesu, jam terbang pengembang mesti diperhatikan.
"Dalam pemberian kredit properti, bisa saja cash flow menjadi masalah di tengah jalan dan akan menimbulkan masalah kualitas kredit, "katanya Jumat (9/2).
Meski secara umum properti akan membaik, Tanto tetap menyarankan agar bank, pengembang dan konsumen tetap harus prudent. Bank sudah menganggap jaminan atas KPR lebih solid, ada jaminan produk dan corporate guarantee.
Tanto memprediksikan untuk tahun ini properti kelas bawah akan tumbuh membaik. Sementara untuk perkantoran akan memburuk karena kelebihan pasokan, dan ruko akan stabil.
Lebih jauh dia menjabarkan, untuk kelas residensial, properti yang memiliki peetumbuhan baik adalah di kelas rumah menengah bawah rentang harga Rp150 juta - Rp250 juta dan rumah menengah rentang Rp900 juta sampai Rp1,5 miliar. Sementara untuk apartemen kelas menengah rentang harga Rp120 juta - Rp200 juta. Dan, apartemen menengah rentang Rp400 juta sampai Rp600 juta, menurut Tanto akan tetap membaik.
Baca Juga
Tanto juga memperkirakan, untuk apartemen kelas menengah atas rentang harga Rp2 miliar sampai Rp5 miliar.
Sementara Thea Triana, Managing Direktur, The Consumer Banking School yang membuka acara, menegaskan saat ini yang perlu dilakukan oleh bank bank menyiapkan SDM bidang kredit properti dengan baik, khususnya BPD yang punya prospek baik mendorong pembiayaan properti di daerah.