Bisnis.com, JAKARTA -- ConocoPhillips masih mencatatkan rugi bersih senilai US$855 juta pada 2017. Rugi bersih itu mulai menipis dibandingkan dengan 2016 yang senilai US$3,61 miliar.
Meskipun begitu, Perusahaan asal Amerika Serikat itu mengaku tetap optimistis pada tahun ini seiring harga komoditas, seperti minyak, yang terus menanjak.
Chairman & Chief Executive Officer Conocophillips Ryan Lance mengklaim pihaknya dalam posisi keuangan yang kuat seiring kenaikan harga komoditas.
Adapun, dengan rata-rata harga minyak Brent US$54 per barel pada 2017, ConocoPhillips mencatat pendapatan operasi senilai US$7,1 miliar, tidak termasuk modal kerja.
"Kami pun menggelontorkan modal senilai US$4,6 miliar, dan kami juga mencatat arus kas bebas senilai US$2,5 miliar,” ujarnya dalam keterangan presentasi kinerja, Sabtu (3/2/2018).
Pada tahun ini, Conocophillips menganggarkan belanja modal senilai US$5,5 miliar, sedangkan biaya operasional akan disesuaikan menjadi senilai US$5,7 miliar.
Baca Juga
Produksi Susut
Conocophillips juga menargetkan produksi migas bisa berada pada kisaran 1,19 juta barel per hari sampai 1,23 juta barel per hari. Besaran produksi migas perusahaan AS itu lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu.
Adapun, sepanjang 2017, perusahaan asal Negeri Paman Sam itu mencatatkan penurunan produuksi sebesar 12,23% menjadi 1,37 juta barel ekuivalen per hari.
Rinciannya, Conocophillips masih mencatatkan kenaikan produksi minyak mentah sebesar 0,5% menjadi 599.000 barel per hari.
Namun, salah satu perusahaan migas besar dunia itu mencatatkan penurunan pada produksi Natural Gas Liquefaction (NGL), Bitumen, dan gas bumi.
Conocophillips mencatatkan penurunan produksi NGL sebesar 23,44% menjadi 111.000 barel per hari, sedangkan produksi Bitumen turun sebesar 33,33% menjadi 122.000 barel per hari.
Produksi gas bumi perusahaan AS itu juga turun sebesar 15,21% menjadi 3,27 miliar kaki kubik per hari.