Bisnis.com, SURABAYA - Pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun ini berencana membeli 1 unit mesin penggiling tebu dari India senilai Rp60 miliar yang akan diujicobakan di Jawa Timur guna meningkatkan produksi gula.
Gubernur Jawa Timur Soekarwo atau yang akrab disapa Pakde Karwo mengatakan pembelian mesin tersebut merupakan upaya pemerintah dalam merasionalitas proses produksi gula, di mana selama ini rendemen gula di Indonesia hanya mampu bergerak di angka 7,6%.
"Saya beli mesin dengan kapasitas 500 TCD atau bisa untuk uji coba tebu dari lahan 700 ha. Kita pernah bawa tebu kita ke India itu bisa sampai 9% rendemennya, di sini rata-rata hanya 7,6%," katanya di sela-sela diskusi Ruang Ide Revitalisasi Agroindustri, Senin (29/1/2018).
Dia mengatakan dengan mesin tersebut membuat ongkos produksi menjadi lebih murah yakni Rp5.000/kg, sehingga jika dijual di pasaran dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp12.500/kg maka keutungan petani akan lebih banyak.
"India sangat maju sekali proses produksi gulanya. Mesin ini hanya best practice, anda (pabrik gula) bisa beli mesin seperti ini. Saya tanggal 2 Februari ini ke sana untuk cheking mesinnya, pengadaannya di perubahan tahun anggaran nanti Agustus," jelasnya.
Pakde Karwo menambahkan rencananya uji coba mesin tersebut akan dilakukan di kawasan Jember atau Situbondo yang selama ini kaya akan tanaman tebunya juga memiliki banyak lokasi pabrik gula.
Baca Juga
Terkait rencana regrouping pabrik gula (PG) atau alihfungsi PG oleh BUMN Perkebunan, Pakde Karwo tidak sependapat karena berdasarkan hasil studi Pemprov Jatim dengan Universitas Brawijaya menunjukan bahwa tidak ada satupun pabrik gula di Jatim yang tidak layak, kecuali PG Tulangan milik PTPN X.
"Saya kerjasama dengan Brawijaya hanya satu saja yang tidak layak ada di Tulangan. Makanya banyak (PG) yang harus dibenahi manajemennya dan produksinya," imbuhnya.
Diketahui PTPN XI sendiri sudah memulai regrouping sejumlah PG di antaranya seperti PG Kanogoro yang menjadi House of Maintenence da PG Olean menjadi wisata heritage dan edutainment yang sudah banyak dikunjungi wisawatan asing, sedangkan PG lainnya masih dalam perencanaan.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PTPN XI M. Cholidi mengatakan meski melakukan regrouping tetapi di sisi lain perseroan tengah merevitalisasi kapasitas pabrik gula berpotensi seperti PG Djatiroto di Lumajang (menjadi 10.000 TCD) dan PG Assembagoes (menjadi 6.000 TCD) di Situbondo.
Revitalisasi kedua pabrik tersebut ditargetkan rampung tahun ini dan siap menyerap tebu-tebu petani di sekitar wilayah pabrik. Sehingga dipastikan tebu-tebu petani yang dulu disetor ke PG yang diregrouping akan tetap terserap oleh PTPN XI.
"Dalam jangka panjang kita juga akan ekspansi dan modernisasi 5 PG masing-masing menjadi 4.000 TCD, juga akan mendirikan pabrik baru yang lebih modern di Situbondo dengan kapasitas 6.000 TCD," katanya.
Bahkan, lanjut Cholidi, PTPN XI juga mulai banyak mengembangkan bisnis lain bidang wisata guna meningkatkan pendapatan di antaranya telah membeli lahan 367 ha di kawasan sekitar Taman Nasional Baluran.
Lahan tersebut, lanjutnya, akan dikembangkan menjadi agrowisata yang dilengkapi dengan 20 unit resort, kebun buah-buahan seperti mangga hingga kurma serta akses jalan sepanjang 1 km menuju pantai Baluran.