Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri menilai ekonomi Indonesia perlu didorong untuk beralih dari berbasis komoditas sumber daya alam menjadi manufaktur supaya turut menikmati kinerja pertumbuhan ekonomi global.
"Sekarang kita tidak bisa terlalu menikmati kenaikan pertumbuhan global yang cukup besar, termasuk juga perbaikan ekonomi di Amerika Serikat, karena negara yang bisa menikmati hal tersebut adalah yang ekonominya berbasis manufaktur," kata Chatib, usai peluncuran Biro Ekonomi dan Riset (Indonesia Bureau of Economic Research/IBER) di Jakarta, Jumat (26/1/2018).
Ekonom dari Universitas Indonesia (UI) tersebut menjelaskan bahwa andil dari ekspor ke produk domestik bruto Indonesia sebesar 25 persen, dan sebagian besar ekspor adalah energi dan komoditas.
Hal tersebut, dinilainya, menunjukkan bahwa produk Indonesia tergantung pada kondisi harga di tingkat global. Ketika harga batu bara dan minyak sawit naik, misalnya, maka ekonomi Indonesia juga ikut naik layaknya yang terjadi pada kurun 2002 hingga 2012.
"Namun, begitu harganya kolaps, ekonomi Indonesia juga menurun," ujarnya.
Hal semacam itu pula, menurut dia, yang menjelaskan mengapa pertumbuhan ekonomi Singapura pada kuartal III-2017 bisa tumbuh 5,2 persen (year-on-year/yoy) dan Malaysia 6,2 persen (yoy).
Baca Juga
Chatib menjelaskan penyebab Indonesia tidak turut menikmati hasil pertumbuhan ekonomi dunia adalah, karena basisnya tidak manufaktur, dan sedang menuju ke arah tersebut yang memerlukan waktu.
"Kalau mau dorong lagi pertumbuhan ke sana, maka kita harus lari kepada manufacturing-based. Dan, itu tidak akan mungkin terjadi seketika," katanya.
Untuk mendukung ekonomi yang berbasis manufaktur, dikemukakannya, maka daya beli masyarakat juga perlu diperkuat, dan pemerintah dalam jangka pendek perlu membuat masyarakat berkemampuan berbelanja, termasuk upah tunai program padat karya (cash for work).
"Orang miskin bisa belanja kalau dapat uang, apakah caranya melalui bantuan langsung tunai, program keluarga harapan, atau cash for work. Pokoknya, dia diberi uang. Segala macam program seperti itulah yang menolong," demikian Chatib Basri.