Bisnis.com, JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. berencana memperluas jaringan distribusi gas hingga Indonesia bagian timur. Hal itu bisa dilakukan bila integrasi dengan PT Pertamina Gas bisa sebagai subholding gas holding BUMN migas bisa rampung tahun ini.
Direktur Utama Perusahaan Gas Negara (PGN) Jobi Triananda Hasjim mengatakan, setelah integrasi dengan Pertamina Gas (Pertagas), ruang ekspansi perseroan akan semakin lebih mudah. Apalagi, jumlah jaringan PGN bisa bertambah menjadi sekitar 10.000 kilometer (KM).
Panjang jaringan gas PGN setelah integrasi dengan Pertagas itu dihitung dengan melihat posisi jaringan PGN saat ini sekitar 7.500 km, sedangkan untuk anak usaha PT Pertamina (Persero) itu sekitar 3.000 km.
“Nanti kalau sudah integrasi dengan Pertagas, kami bisa kerja sama untuk jaringan Duri-Dumai dengan lebih sederhana. Soalnya, jaringan transmisi dan distribusi sudah terintegrasi,” ujarnya dalam jumpa pers pada Kamis (25/1).
Jobi melanjutkan, keberadaan holding BUMN migas ini pun akan membuat ekspansi subholding gas ke wilayah Indonesia Timur akan lebih menarik.
“Potensi distribusi gas di Papua itu sangat besar karena di sana cukup banyak sumber gas. Jadi, pasokan gas bisa digunakan juga untuk pembangkit listrik,” lanjutnya.
Dia menuturkan, bila pembangkit listrik di Papua sudah bisa menggunakan gas akan membuat operasi di sana lebih efisien. Pasalnya, saat ini pembangkit listrik di sana masih menggunakan batu bara.
“Lalu, batu bara diambil dari Kalimantan, kan ongkos distribusinya lumayan besar,” tuturnya.
Selain itu, keberadaan pembangkit listrik dengan gas itu juga untuk mendukung PON [Pekan Olah Raga] 2020 di Papua. Pasalnya, pada gelaran itu dinilai membutuhkan kapasitas listrik yang besar.
Selain itu, Jobi menyebutkan, perseroan tidak hanya mengincar distribusi gas untuk pembangkit listrik di Papua, tetapi juga mengincar segmen rumah tangga.
“Harapannya, rumah tangga di Papua juga bisa menikmati distribusi gas bumi tersebut. Soalnya, biaya yang dikeluarkan bisa lebih murah ketimbang menggunakan LPG [liquid petrolium gas] dan BBM [Bahan Bakar Minyak] kan lebih mahal,” sebutnya.