Bisnis.com, JAKARTA - Pembentukan induk usaha BUMN minyak dan gas bumi ditargetkan rampung pada Maret 2018.
Induk usaha BUMN Migas akan mengintegrasikan sektor gas lebih awal dari total empat sub-induk usaha yang akan dibentuk di PT Pertamina (Persero) sebagai induk usaha.
Mari coba bahas sub-induk usaha gas bumi, yaitu penggabungan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. dan PT Pertamina Gas, anak usaha PT Pertamina (Persero).
Selama ini, dua pemain gas sektor hilir di Indonesia adalah kedua perusahaan itu. Dalam praktiknya, kedua perusahaan itu sering kali bersaing secara tidak sehat dalam melakukan usaha niaga gas baik dalam menggaet pelanggan maupun membangun infrastruktur pipa gas.
Dengan pembentukan induk usaha, tata niaga gas diharapkan menjadi efektif dan efisien untuk kapasitas operasi maupun investasi pada sektor tersebut.
Namun, model integrasi PGN dan Pertagas masih belum pasti. Ada beberapa opsi, yaitu akuisisi, merger, atau inbreng.
Bila skema integrasi PGN-Pertagas dengan akuisisi, berarti anak usaha Pertamina itu akan menjadi anak usaha PGN di dalam subholding gas dari holding BUMN. Lalu, skema merger Pertagas akan digabung dengan PGN sebagai subholding gas.
Kemudian, skema inbreng bisa menjadi opsi integrasi PGN dan Pertagas yang paling efisien karena tidak perlu mengeluarkan dana untuk akuisisi maupun merger.
Skema inbreng sepertinya akan dipilih agar tidak menganggu arus kas PGN yang bisa menyebabkan gangguan pelayanan kepada konsumen. Jika menggunakan skema akuisisi, PGN harus menyediakan dana untuk mengambil alih Pertagas.
Di luar itu, holding BUMN Migas akan memiliki empat subholding yakni, bidang hulu, pengolahan, pemasaran ritel, dan gas. Pembentukan tiga subholding lainnya akan dilakukan secara bertahap dan menjadi tanggung jawab Pertamina selaku pemimpin holding BUMN Migas.
KINERJA PGN & PERTAGAS
Lalu bagaimana kinerja PGN dan Pertagas selama 2017. Laba PGN hingga kuartal III/2017 US$98 juta turun 60% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2016 sebesar US$242 juta.
Padahal, pendapatan PGN relatif stagnasi. Pendapatan PGN selama Q3/2017 mencapai US$2,2 miliar tidak jauh berbeda dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, berdasarkan data Peratgas, laba bersih Pertagas selama kuarta III/2017 mencapai US$112 juta, jauh lebih tinggi dari laba PGN. Pendapatan Pertagas selama Q3/2017 sebesar US$463,6 juta.
Dari sisi aset, PGN memiliki total aset US$6,3 miliar, sedangkan Pertagas hanya US$1,2 miliar. Artinya dari sisi kinerja, dilihat dari laba bersih, Pertagas masih lebih kinclong dibandingkan dengan PGN kendati asetnya jauh lebih kecil.
Bahkan, laba bersih Pertagas selama 2017 mencapai US$141,3 juta turun 11% dibandingkan dengan laba bersih pada 2016 sebesar US$159 juta. Sementara itu, pendapatan Pertagas selama 2017 sebesar US$624,6 juta turun 6,6% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar US$668,7 juta.
Namun, melihat laba bersih PGN selama Q3/2017 hanya US$98 juta, sepertinya laba bersih Pertagas pada 2017 bakal lebih tinggi dibandingkan dengan emiten berkode saham PGAS tersebut.