Bisnis.com, JAKARTA—Harga gas yang tinggi masih menekan industri pupuk di tengah permintaan yang cenderung stagnan. Segmen yang tumbuh tipis hanya dialami oleh pupuk jenis NPK.
"Pupuk pada 2018 untuk seluruh produsen dari BUMN plus swasta hanya tumbuh lebih kurang 1%. Itu dari sektor NPK terhadap keseluruhan produk pupuk," kata Dadang Heru Kodri, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Pupuk, Kamis (25/1/2018).
Dia mengatakan kunci keberlangsungan usaha pupuk sangat bergantung dari efisiensi. Tingginya harga gas membuat perusahaan harus berjuang ekstra.
"Bahkan harga gas untuk industri pupuk sudah US$6 per MMBbtu, masih belum kompetitif dibandingkan dengan harga gas untuk industri pupuk di Malaysia dan harga batu bara sebagai bahan baku industri pupuk di China. [Apalagi] dibandingkan dengan harga gas di Saudi Arabia untuk industri pupuk yang sangat murah," katanya.
Dia mengatakan pemerintah telah memulai membuka kembali pembicaraan harga gas untuk industri, akan tetapi sektor yang masuk pembahasan belum memasukan gas untuk pabrik pupuk.
"Ke depan industri pupuk masih akan menghadapi kesulitan karena harga gas yang belum kompetitif dibandingkan dengan beberapa produsen pupuk dunia yang mampu mengekspor produknya seperti Arab, China, Rusia, dan Amerika Serikat karena harga bahan baku yang lebih murah," katanya.