Bisnis.com, JAKARTA—PT Pupuk Indonesia (persero) memperkirakan pendapatan usaha pada tahun ini naik 6,2% mencapai Rp61,77 triliun dibandingkan dengan realisasi 2017 sebesar Rp58,15 triliun.
Perusahaan memperkirakan meski pendapatan tumbuh, tetapi laba yang dibukukan relatif sama yakni Rp3,34 triliun. Hal ini karena meningkatnya beban usaha terutama dari beban bahan bakar gas dan biaya distribusi.
"Harapannya harga gas turun, tetapi kami juga upayakan besar-besaran menekan biaya seperti menggganti gas dengan batu bara, menekan pabrik yang boros," kata Direktur Utama Pupuk Indonesia Aas Asikin Idat di Jakarta, belum lama ini.
Dengan capaian ini, aset perusahaan naik menjadi Rp131,12 triliun dari sebelumnya Rp128,44 triliun. Sementara itu, belanja modal perusahaan pada 2017 mencapai Rp3,93 triliun yang terdiri dari belanja rutin Rp866,54 miliar serta investasi dan pengembangan Rp3,06 triliun.
Pupuk Indonesia memperkirakan produksi pupuk mencapai 11,21 juta ton pada 2018. Jumlah ini terdiri dari produksi urea (6,94 juta ton), NPK (2,98 juta ton), dan pupuk lainnya (1,28 juta ton).
Perusahaan juga memproduksi amoniak sebanyak 5,19 juta ton. Amoniak merupakan bahan pembuat pupuk. Proses pencampuran dengan asam arang akan menghasilkan pupuk urea.