Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Beras 500.000 Ton Terus Undang Pertanyaan

Akademisi Institut Pertanian Bogor Prima Gandhi angkat bicara terkait dengan keputusan pemerintah untuk membuka keran impor sebesar 500.000 ton yang diestimasi tiba akhir Januari.
Pedagang menyusun karung berisi beras di pasar tradisional, Gondangdia, Jakarta, Rabu (10/1)./JIBI-Endang Muchtar
Pedagang menyusun karung berisi beras di pasar tradisional, Gondangdia, Jakarta, Rabu (10/1)./JIBI-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA - Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prima Gandhi angkat bicara terkait dengan keputusan pemerintah untuk membuka keran impor sebesar 500.000 ton yang diestimasi akan tiba pada akhir Januari.

Dia mempertanyakan jika tujuan pemerintah adalah untuk mengendalikan harga beras medium, kenapa jenis yang diimpor adalah beras khusus yang baru akan tiba pada akhir Januari, sementara pengendalian harga diperlukan pekan ini.

“Impor beras sudah telat, karena bertepatan dengan mulai panen raya padi,” kata Prima pada Jumat (12/1/2018).

Dia menilai terjadi kejanggalan harga beras pada awal 2018, salah satunya di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC).

Mengutip data online yang dirilis PIBC pada 3 Januari 2018, Prima menyebutkan beras termurah yang dikenal sebagai beras Operasi Pasar yaitu IR-64 III  masih berad pada hargaRp7.800 perkg, stabil sejak 9 November 2017 hingga 3 Januari 2018.

“Tapi tiba-taba pada tanggal 3-4 Januari naik tinggi Rp8.400, setelah itu pada 5-8 Januari menjadi Rp8.800, terus tanggal 9-12 Januari menjadi 8.900 perkg. Sementara itu, stok beras harian PIBC pada periode tersebut di atas normal yaitu berkisar 32.001 ton hingga 47.013 ton, artinya pasokan tidak ada masalah tapi harga naik. Justru ini sumber masalahnya,” tambahnya.

Dia menegaskan solusi yang seharusnya ditempuh pemerintah adalah pengendalian harga, bukan impor. Pengendalian harga, menurutnya bisa dilakukan dengan sejumlah cara seperti operasi pasar secara masifdan percepatan penyaluran beras Rastra untuk bulan Januari.

Adapun solusi ketiga yang dia kemukakan yakni memperlancar arus distribusi dan logistik beras dengan mengintensifkan Satgas Pangan.

Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa selama ini tidak pernah terjadi impor di saat memasuki panen raya Februari. Bila impor dilakukan sekarang, maka dampaknya hanya akan memukul petani. Dia juga meyakini produksi saat ini masih cukup bahkan berlebih, sehingga tidak perlu impor.

“Saya yakin produksi surplus, tidak perlu impor. Pernyataan mana panen, mana panen tidak perlu dipertentangkan lagi.  Lha itu ada data panen di sini, di website http://sig.pertanian.go.id ini open akses. Bisa dilihat semua detil sampai titik koordinat lokasi sebaran panen padi di seluruh Indonesia” tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper