Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Serapan Beras Impor Harus Pasti

Pemerintah diminta memastikan bahwa impor beras sebesar 500.000 ton yang direncanakan masuk pada akhir Januari bisa terserap sebelum panen raya tiba.
Ilustrasi: Pekerja membongkar muatan beras Bulog dari kapal, di Pelabuhan Krueng Geukueh, Aceh Utara, Aceh./Antara-Rahmad
Ilustrasi: Pekerja membongkar muatan beras Bulog dari kapal, di Pelabuhan Krueng Geukueh, Aceh Utara, Aceh./Antara-Rahmad

Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia Khudori mengingatkan pemerintah bisa memastikan bahwa impor beras sebesar 500.000 ton  yang direncanakan masuk pada akhir Januari bisa terserap sebelum panen raya tiba.

Pasalnya, jika beras impor tetap tersedia, khususnya dalam jumlah banyak, ketika panen raya tiba, maka harga gabah yang cenderung lebih rendah di saat-saat tersebut berpotensi untuk semakin tertekan dan membuat petani merugi.

“Kalau kementerian teknis yakin bahwa awal Februari sudah mulai ada panen bahkan sampai menuju normal, gitu ya, panen raya, artinya kan pasokan jauh lebih besar dan kalau itu tidak habis, ini dikemanakan dan potensi sekali kan untuk menekan harga pada saat itu. Pada saat panen raya itu biasanya harga memang tertekan karena pasokan jauh lebih besar dari pada permintaan,” jelas Khudori kepada Bisnis pada Kamis (11/1/2018) malam.

Khudori memperkirakan, panen raya pada tahun ini akan mengalami sedikit kemuduran dari semestinya di bulan Februari menjadi awal Maret.

Untuk itu, sebelum Maret, penggunaan beras impor yang didatangkan pemerintah guna meredakan gejolak harga yang terjadi belakangan harus digencarkan volumenya kalau memang ketiadaan suplai beras saat ini  menjadi penyebab melambungnya harga.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, produksi padi pada Januari 2018 akan mencapai 4,52 juta ton di mana ketersediaan beras mencapai 2,83 juta ton sementara konsumsi beras hanya akan berkisar di angka 2,51 ton. Untuk itu, pada Januari akan terjadi surplus beras sebesar 329.320 ton.

Berdasarkan data tersebut, angka surplus akan terus meningkat menjadi 2,93 ton pada Februari, dan 4,97 ton pada Maret. Sementara itu, pada Aprl akan terjadi penurunan meskipun suplai beras masih tetap mengalami surplus sebesar hampir 3,02 ton.

Selain untuk menghindari penumpukan suplai di kala panen raya yang berpotensi menekan harga gabah, juga agar operasi pasar yang diharapkan bisa meredam penaikan harga beras sebelum panen raya tiba.

Pasalnya, menurut Khudori, operasi pasar yang selama ini dilakukan pemerintah belum menunjukkan dampak yang signifikan. Salah satu faktornya, katanya adalah volume penyaluran beras dalam kegiatan operasi pasar yang dinilai masih kecil.

“Tergantung pengunaannya [beras impor] untuk apa. Kalau dimanfaatkan untuk operasi pasar, ya operasi pasarnya harus digenacarkan dan volumennya diperbesar. Pertanyaan sekarang, kenapa operasi pasar tak signifikan? Karena volumenya sangat kecil terlalu kecil,” kata Khudori.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper