Bisnis.com, JAKARTA -- Jumlah Pelaut Indonesia yang terserap di dunia hanya 400.000 orang. Total ini hanya sepertiga dari pelaut Filipina yang lebih dari 1.200.000 orang.
Kepala BPSDM Kemenhub Djoko Sasono mengatakan ini bisa terjadi karena kelemahan siswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) yang kurang fasih dalam berbahasa Inggris.
"Di Filipina itu dosen bahasa Inggris tinggal dengan taruna," katanya di STIP Jakarta, Minggu (7/1/2018).
Selain itu keahlian manajemen pelayanan di Filipina masuk dalam sistem pendidikan. Sehingga nantinya kepala kepegawaian di sana otomatis adalah lulusan tersebut.
Untuk mengatasi ini, STIP akan membuat program pemberdayaan masyarakat. Ini adalah program gratis untuk menjadikan pelaut, bekerja di penerbangan, di transportasi darat.
Tahun 2017 kemarin telah melatih 48.335 masyarakat yang siap pakai untuk transportasi laut, darat, dan udara. Tahun ini Djoko diberikan target lebih tinggi, yakni 100.000 orang untuk semua matra dengan laut menjadi porsi lebih besar.
Baca Juga
Hal ini karena pola pendidikan yang hanya berpikir mencetak taruna menjadi pelaut. Padahal turunan spesifikasi dari itu ada banyak.
Inilah yang membuat lulus pelayaran Indonesia terserap sedikit. Apalagi saat ini tren pelayaran dipengaruhi harga minyak dunia. Ini membuat banyak pelaut yang tidak berlayar.
"Mereka [pelaut Filipina] yang sudah berlayar tidak gampang homesick. Beda dengan kita," katanya.