Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RESTORASI GAMBUT: Lahan Konsesi Jadi Fokus pada 2018

Badan Restorasi Gambut akan lebih aktif melakukan asistensi dan supervisi kepada perusahaan dalam merestorasi gambut, menyusul harapan Presiden Joko Widodo agar restorasi lebih banyak dilakukan di lahan konsesi pada 2018.
Api membakar semak belukar diatas lahan gambut yang terbakar di Kabupaten Kampar, Riau, Senin (24/7)./ANTARA-Rony Muharrman
Api membakar semak belukar diatas lahan gambut yang terbakar di Kabupaten Kampar, Riau, Senin (24/7)./ANTARA-Rony Muharrman

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Restorasi Gambut akan lebih aktif melakukan asistensi dan supervisi kepada perusahaan dalam merestorasi gambut, menyusul harapan Presiden Joko Widodo agar restorasi lebih banyak dilakukan di lahan konsesi pada 2018.

Dalam konferensi pers Akhir Tahun Badan Restorasi Gambut di Jakarta pada Kamis (28/12), Kepala BRG Nazir Foead menyampaikan BRG akan aktif melakukan supervisi dan asistensi restorasi gambut di lahan konsesi pada 2018. Oleh karena itu, BRG telah menyiapkan pedoman supervisi pembasahan gambut di lahan konsesi.

Data Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian mencatat luas lahan gambut pada 2011 dengan skala 1:250.000 sebesar 14,9 juta ha. Wilayah kerja BRG mencakup 7 provinsi dengan luas gambut 12,9 juta ha atau sekitar 75% dari total luas gambut, yakni di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua.

BRG memprioritaskan restorasi gambut terhadap 2,4 juta ha hingga 2020 berdasarkan tingkat kerusakan. Sebesar 1,4 juta ha berada di lahan konsesi.

Dia mengatakan asistensi dilakukan berdasarkan rencana kerja perusahaan yang telah disahkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, seiring desakan KLHK agar pemegang konsesi segera menuntaskan rencana pemulihan sesuai PP 57/2016 .

Asistensi teknis melibatkan 24 pakar dari Universitas serta LSM di 7 Provinsi. Selanjutnya, para pakar memantau tingkat kebasahan gambut melalui alat pemantau tinggi muka air yang telah dipasang di 40 titik dan terhubung online.

Pada 2018, BRG akan menambah alat pemantau tinggi muka air di 160 titik. Harapannya, pemegang konsesi dapat memasang alat serupa di 500 titik sehingga dapat terpantau tingkat bahaya kebakaran.

“Masih ada kekhawatiran terjadinya kebakaran hutan dan lahan pada tahun depan karena perubahan iklim. Apalagi, pada saat yang sama diselenggarakan Asian Games,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper