Bisnis.com, JAKARTA—Persatuan Insinyur Indonesia menilai jumlah lulusan jurusan teknik dari perguruan tinggi di Tanah Air masih rendah dan membuat Indonesia tertinggal dalam hal inovasi dari negara lain.
A. Hermanto Dardak, Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), mengatakan minat calon mahasiswa untuk memilih jurusan teknik masih rendah dibandingkan dengan konsentrasi lain. Padahal untuk mendongkrak daya saing industri nasional diperlukan banyak insinyur yang bisa menghasilkan berbagai inovasi di bidang teknologi.
Menurutnya, sampai saat ini porsi lulusan teknik hanya sebesar 15% dibandingkan dengan jumlah di berbagai jurusan lain. Jumlah tersebut terbilang rendah jika dibandingkan dengan porsi lulusan jurusan teknik di Malaysia yang telah mencapai 24% dan Korea Selatan sebesar 30%.
"Kami dan pemangku kepentingan lain akan terus berupaya untuk menumbuhkan minat terhadap jurusan teknik. Asosiasi menargetkan presentase lulusan teknik harus bisa mencapai 20% dibandingkan dengan jumlah kelulusan bidang lain," kata Hermanto, Kamis (21/12/2017).
Dia menyebutkan untuk mengejar ketertinggalan di bidang riset dan teknologi dengan negara lain maka diperlukan sebanyak 10.000 lulusan teknik per tahun. Dengan demikian, diperlukan beberapa tawaran yang menarik kepada calon mahasiswa untuk kuliah di jurusan teknik semisal dengan tawaran beasiswa atau keterjaminan pekerjaan setelah lulus.
PII mencatat jumlah insinyur di Indonesia mencapai sekitar 40.000 orang. Jumlah tersebut terbilang kurang dibandingkan dengan negara di Asia lain seperti Singapura, Malaysia, Jepang, dan Korea Selatan.
Seperti diketahui, Indonesia hanya memiliki presentase sebanyak 3.038 insinyur per 1 juta penduduk, jumlah tersebut masih minim dibandingkan dengan Singapura yang memiliki sebanyak 28.235 insinyur per 1 juta penduduk. Selain itu, Thailand memiliki presentase sebanyak 4.121 insinyur per 1 juta penduduk, Philipina 5.170 insinyur, dan Vietnam mencapai 8.917 insinyur.
Menurutnya, untuk mengantisipasi masalah yang terjadi akibat kekurangan insinyur ini, PII mendorong Kementerian Riset, Teknologi, Pendidikan Tinggi untuk membuat kebijakan yang bisa menumbuhkan jumlah ahli di bidang teknik tersebut. Solusi yang ditawarkan, yakni membuka program profesi keinsinyuran di 40 perguruan tinggi negeri dan swasta nasional.
"Sejauh ini baru 18 perguruan tinggi yang telah membuka program profesi ini, sedangkan yang lain akan segera menyusul," imbuhnya.
Selain itu, kurikulum program profesi keinsinyuran akan terhubung dengan dunia kerja sehingga lulusan tidak hanya pintar dalam segi teori, tetapi juga dapat mengaplikasikan ilmunya secara praktis. "Calon insinyur ini akan diwajibkan internship ke perusahaan manufaktur berskala besar untuk meningkatkan skill. Mereka akan diperlakukan sebagai pekerja profesional bukan sekadar anak magang," ungkapnya.