Bisnis.com, JAKARTA --Berdasar data rumah.com, wilayah Semarang diklaim menjadi area satelit nomor empat terpadat setelah Jabodetabek, Surabaya Metropolitan, dan Bandung Raya. Potensi inilah yang membuat sektor perumahan Semarang terus tumbuh.
Bahkan jika menilik hasil riset Bank Indonesia (BI), Semarang menjadi kota di Pulau Jawa dengan pertumbuhan harga residensial tertinggi, yakni dengan kenaikan rata-rata sebesar 10,35% pada kuartal III/2015.
Ike Hamdan Head of Marketing Rumah.com mengatakan faktor lain yang mendorong naiknya median harga rumah tapak di Semarang, khususnya di bawah Rp1 miliar adalah berkat dukungan infrastrukturnya yang terus berkembang seperti adanya beberapa akses jalan tol yang menjanjikan. Sebut saja mulai dari tol Srondol-Bawen yang mempersingkat waktu tempuh dari Semarang ke Solo, sampai dengan pembangunan jalan Tol Semarang-Batang yang dimulai tahun 2017 ini.
“Selain itu jumlah populasi yang mencapai 2 juta jiwa dan daya beli masyarakat yang tinggi, Semarang juga disanggah oleh area metropolitan Kedungsapur (Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga dan Purwodadi) dengan jumlah penduduk 6 juta jiwa,”katanya melalui riset dikutip Minggu (17/12).
Adapun Rumah.com Property Index mencatat bahwa pada kuartal III/2017, harga rumah tapak di Semarang di bawah Rp1 miliar kini telah mencapai mencapai Rp4,8 juta per meter persegi. Memang sedikit turun sebesar 0,97% jika dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai Rp4,85 juta per meter persegi.
Namun jika dicermati dari kuartal III/2016, median harga rumah tapak di Semarang dengan rentang harga di bawah Rp1 miliar memang cenderung mengalami kenaikan hingga puncaknya pada Q2 2017. Itu sebabnya pada kuartal I/2017 median harga rumah tapak di Semarang dengan harga di bawah Rp1 miliar ini mencatat kenaikan yang sangat signifikan. Dari Rp4,49 juta per meter persegi naik menjadi Rp4,78 juta per meter persegi, atau naik sebanyak 6,30%.
Baca Juga
Tak hanya hal-hal di atas, salah satu faktor yang menyebabkan harga rumah tapak di Semarang naik secara konsisten adalah mengingat atributnya yang merupakan ibukota provinsi Jawa Tengah, dengan banyak faktor yang mendorong perkembangan dan pertumbuhan perekonomian di wilayahnya.
Sebut saja seperti sektor industri dan perdagangan yang diikuti sektor pariwisata. Dan hal ini tentunya berimbas pula ke sektor propertinya, termasuk properti residensial seperti rumah tapak dengan harga di bawah Rp1 miliar.