Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian mendorong pertumbuhan investasi di Tanah Air.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan jika Indonesia merupakan tempat yang tepat bagi pembangunan manufaktur karena memiliki ketersediaan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang cukup..
"Saat ini, menjadi momentum bagi investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia karena didukung oleh pertumbuhan industri sebesar 5,49% atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,06%," kata Airlangga dalam acara pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Selasa (12/12/2017).
Menperin mengatakan pada dua tahun ke depan yang bertepatan dengan tahun politik banyak pihak yang merisaukan laju pertumbuhan ekonomi dan manufaktur akan terganggu. Namun, dia menjelaskan bahwa investor tidak perlu mengkhawatirkan mengenai tahun politik ini, proses demokrasi tersebut hanya dipandang sebagai agenda rutin dan tidak menimbulkan masalah yang berarti.
"Pertumbuhan manufaktur pada tahun-tahun depan tidak akan terdistraksi oleh agenda politik," ujarnya.
Justru perhelatan olahraga seperti Asian Games pada 2018 yang akan mendorong banyak investasi. Hal ini telah terbukti bahwa dengan keberadaan Asian Games di beberapa tempat sebelumnya dapat mendorong pertumbuhan manufaktur dan perekonomian di negara bersangkutan.
Sementara itu, Airlangga menyebutkan bahwa Kementerian Perindustrian akan terus mendorong agar investasi di kawasan industri Tanah Air terus berdatangan. Saat ini, Kemenperin sedang fokus untuk mendatangkan investor asing yang dapat mengelola SDA dalam negeri, termasuk komoditas mineral galian.
"Dampak positif pembangunan manufaktur tidak bisa dilihat dalam waktu yang dekat, pabrik baru bisa berkontribusi terhadap perekonomian nasional dengan signifikan setelah 5 tahun sampai dengan 10 tahun sejak penanaman modal," jelasnya.
Dia mengatakan telah membuat peta jalan mengenai pertumbuhan industri baja Tanah Air hingga 2025 seperti mendorong peningkatan kapasitas produksi kluster baja di Cilegon, Banten sebanyak 10 juta ton per tahun. Selain itu daerah Batu Licin, Kalimantan Selatan diproyeksi dapat memproduksi sebanyak 3 juta ton baja pada 2025.
Sementara itu, Kawasan Industri Morowali diproyeksikan sudah bisa memproduksi baja sekitar 3 juta ton per tahun pada 2020. Adapun, kawasan tersebut pada akhir tahun depan sudah bisa memproduksi stainless steel dengan kemampuan produksi 4 juta ton per tahun.
"Pembangunan klaster industri merupakan langkah dari pemerintah untuk mendorong pemerataan ekonomi nasional," imbuhnya.
Selain itu, Airlangga menyampaikan pada tahun depan menargetkan pertumbuhan industri bisa mencapai 5,67%. Pertumbuhan industri sebesar tersebut akan didorong dengan berbagai investasi baru di bidang seperti logam, permesinan, makanan dan minuman, elektronik, kimia, serta farmasi.
"Indonesia berdampingan dengan China dan India menjadi negara manufaktur terbesar di Asia, ini menjadi modal utama untuk pertumbuhan di tahun mendatang. Selain itu hilirisasi akan terus didorong agar bisa memanfaatkan bahan baku lokal secara baik" ungkapnya.
Kemeperin mencatat World Bank telah mengeluarkan data mengenai Global Ease of Doing Business (kemudahan dalam berusaha) 2017 yang menyebutkan bahwa Indonesia mengalami kenaikan dari peringkat 106 pada 2016 menjadi di posisi ke-91 pada tahun ini. Selain itu, menurut United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), Indonesia menempati posisi kesembilan di dunia sebagai negara penghasil nilai tambah terbesar dari sektor industri.