Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produsen Pupuk Minta Harga Gas Diturunkan

PT Pupuk Indonesia berharap pemerintah dapat menurunkan kembali harga gas agar pupuk dari Indonesia bisa bersaing di pasar Asia Tenggara.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - PT Pupuk Indonesia berharap pemerintah dapat menurunkan kembali harga gas agar pupuk dari Indonesia bisa bersaing di pasar Asia Tenggara.

Wijaya Laksana, Kepala Corporate Communication PT Pupuk Indonesia (Persero), menjelaskan harga pokok penjualan (HPP) pupuk secara global berada di kisaran US$220—US$250 per ton.

Dia menambahkan pabrikan nasional mampu untuk memenuhi harga global, akan tetapi beberapa pabrikan luar menawarkan harga pupuk yang lebih kompetitif.

"Pabrikan lain bahkan ada yang US$200 per ton ," kata Wijaya kepada Bisnis, Minggu (10/12/2017).

Dia mengapresiasi pemerintah yang telah menurunkan harga untuk industri pupuk menjadi US$6 per MMBtu. Namun, harga gas tersebut belum setara dengan beberapa pabrikan internasional . Akibatnya, Pupuk Indonesia lebih fokus untuk pasar dalam negeri.

"Harapannya kita bisa mencapai US$4 per MMBtu agar bisa apple to apple dengan pabrikan asing," ujarnya.

Menurutnya, komponen gas menjadi bahan baku yang krusial untuk produksi pupuk karena mempengaruhi ongkos produksi hampir mencapai 70%. Dengan demikian, pemerintah dapat mempertimbangkan kembali bagi pabrikan yang memakai gas sebagai bahan baku sebagai industri yang paling diprioritaskan.

Dia menambahkan saingan utama produsen pupuk nasional adalah pabrikan pupuk dari Timur Tengah karena harga gas berada di kisaran US$1 — US$2 per MMBtu. Adapun negara dari Asia Tenggra yang menjadi kompetitor utama adalah Malaysia yang harga gasnya berada pada kisaran US$3 — US$4 per MMBtu.

Wijaya mengungkapkan pabrikan Indonesia, Malaysia, China dan Timur Tengah kini sedang berupaya untuk menguasai pasar ekspor di Asia Tenggara yang memiliki potensi tinggi.

Hal ini karena negara di kawasan Asia Tenggara merupakan masyarakat agraris yang memiliki jumlah petani dan lahan yang banyak.

"Pada tahun ini diuntungkan karena banyak pabrik pupuk di China maintenance, akan tetapi pada tahun berikutnya mereka akan kembali ke pasaran," imbuhnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper