Bisnis.com, BATU BARA - PT Inalum (Persero) memastikan bakal menyetop impor alumina setelah fasilitas pemurnian (smelter) bauksit menjadi smelter grade alumina (SGA) yang digarap bersama PT Antam Tbk. dan Alumunium Corporation of China Limited (Chinalco) selesai dibangun.
Smelter SGA tersebut akan dibangun di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Adapun kapasitas untuk tahap pertama mencapai 1 juta ton SGA per tahun yang bisa ditingkatkan hingga 2 juta ton SGA per tahun.
General Manager SDM Inalum M. Rozak Hudioro mengatakan kapasitas fasilitas peleburan milik Inalum memiliki kapasitas produksi 260.000 ton aluminium per tahun. Adapun beberapa teknologi yang tengah dilakukan diharapkan mampu meningkatkan kapasitasnya menjadi 300.000 ton aluminium per tahun.
"Kita akan bangun smelter baru. Harapannya jadi 500.000 ton [aluminium] di 2020 dan di 2022 kita tingkatkan lagi jadi 1 juta ton," ujarnya di Tanjung Gading, Kabupaten Batu Bara, Selasa (5/12/2017).
Namun, kepastian waktu ekspansi tersebut sangat bergantung pada ketersediaan listrik. Alasannya, industri peleburan hingga menjadi aluminium memerlukan daya yang sangat besar.
Dengan kemampuan produksi saat ini, kebutuhan alumina Inalum masih sekitar 500.000 ton per tahun. Bahan baku tersebut diimpor dari Australia dan dengan tambahan dari pasar spot sebagai cadangan.
Baca Juga
Apabila kapasitasnya sudah menjadi 500.000 ton aluminium per tahun, maka kebutuhan aluminanya akan melonjak menjadi 1 juta ton.
"Kita tidak ingin terus bergantung pada satu sumber [Australia]. Makanya kita harus punya [alumina] sendiri. dan bauksit sebagai bahan awal alumina kita punya banyak di Kalbar," tuturnya.
Menurutnya, kemungkinan smelter SGA di Mempawah selesai dibangun pada 2021. Saat itu, keran impor alumina baru bisa ditutup. Namun, tambahnya, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin mendorong agar proyek tersebut bisa diselesaikan lebih cepat.