Bisnis.com, JAKARTA - Kondisi ekonomi global menjadi salah satu tantangan pengelolaan kebijakan fiskal Indonesia. Menteri Keuangan Sri Mulyani menuturkan pada 2018 diharapkan menjadi momentum pemulihan ekonomi global yang sempat terpuruk pada 2015-2016 kemarin.
Dalam hal ini, ekonomi global pada 2018 diproyeksi akan tumbuh di angka 3,6% sedikit lebih tinggi dibanding 2017 yang sebesar 3,5%. Sementara, untuk pertumbuhan volume perdagangan dunia diprediksi lebih rendah yakni sebesar 3,9% dibandingkan 2017 sebesar 4,0%.
“Sekarang pertumbuhan perdagangan dunia terutama era 1980--2000an itu tren perdagangan dunia itu biasanya twice as high as global gross. Jadi kalau global grossnya adalah 3,5% harusnya gross dari perdagangan dunia itu di masa-masa lampau harusnya sekitar 6%--7%,” jelas Sri Mulyani saat menjadi keynote speaker di seminar Bisnis Indonesia Ecnomic Challenges di Jakarta, Senin (4/12).
Oleh karena itu, Menkeu menilai pertumbuhan volume perdagangan dunia sebesar 4% is not yet fully recover namun lebih baik dibanding volume perdagangan sebelumnya. “Kita lihat dari berbagai hal, kita lihat pertumbuhan volume perdagangan dunia meningkat namun outlooknya relatif agak tidak pasti."
Indeks dari komoditas, imbuhnya, juga sudah mulai pulih dibanding dengan situasi tahun 2015-2016. “Jadi memang waktu presiden Jokowi dipilih, itu memang menghadapi komoditas dan volume perdagangan itu mengalami drop sangat tajam di seluruh dunia. Ini mempengaruhi bagaimana kita bisa menemukan sumber pertumbuhan ekonomi dunia untuk tetap menjaga momentum.” pungkasnya.
Adapun, meski proyeksi ekonomi global cukup moderat namun hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti stabilnya ekonomi Amerika Serikat, ekspansi pertumbuhan India. Di sisi lain, isu proteksionisme dan perlambatan tingkat permintaan dari China, EU dan Jepang juga turut berperan dalam proyeksi itu.