Bisnis.com, JAKARTA - Himpunan Masyarakat Petani Garam (HMPG) Jawa Timur berpendapat impor bahan baku garam konsumsi tak dibutuhkan jika melihat realisasi produksi garam rakyat yang sekitar 850.000 ton tahun ini.
Ketua HMPG Muhammad Hasan mengatakan produksi garam rakyat di Jatim kini nyaris terhenti karena sentra-sentra tambak garam di provinsi itu sudah masuk musim hujan.
Produktivitas garam rakyat dari luas lahan pergaraman di Jatim sekitar 11.000 hektare rata-rata 75 ton per ha tahun ini. Produktivitas yang relatif masih rendah itu terjadi karena beberapa sentra, seperti Bangkalan, Pamekasan, Sampang, dan Surabaya, dibayangi hujan selama musim produksi September-November.
Dia menyebutkan 60%-70% produksi diserap oleh pabrik garam konsumsi, sedangkan sisanya masih di gudang-gudang petambak.
"Kalau melihat angka ini, semestinya tidak impor. Tapi, perlu upaya pemerintah mengobservasi ke lapangan untuk mengetahui secara persis total produksi nasional, termasuk menghitung demand dan supply secara akurat," kata Hasan saat dihubungi, Rabu (22/11/2017).
Dia menyebutkan harga garam rakyat relatif terkendali di posisi Rp2.300 per kg di tingkat petani dan Rp2.500 per kg sampai di pabrik. Adapun setelah diolah, harga garam konsumsi bisa menyentuh Rp8.000-Rp12.000 per kg.
Meskipun demikian, HMPG tetap mengusulkan harga pokok pembelian Rp1.500 per kg untuk garam kualitas III dan Rp2500 per kg untuk kualitas I guna menjaga stabilitas harga garam.