Bisnis.com, JAKARTA- Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengatakan prospek bisnis department store sebenarnya masih cukup cerah jika pelaku bisnis bisa menyesuaikan dengan tren pasar saat ini.
“Trennya memang luasannya mengecil dari 20.000 m2 ke 10.000 m2. Masyarakat sudah tidak berminat untuk keliling department store hanya demi membeli satu barang yang diinginkannya. Sekarang konsumen lebih suka langsung membeli dan pulang,” tuturnya.
Namun, di saat yang sama, dia melihat adanya kecenderungan toko ritel dengan merek ternama antara lain Zara, Uniqlo, dan H&M justru membesarkan luasan tokonya yang rata-rata berlokasi di dalam mal.
“Mereka seperti melengkapi produknya sehingga konsumen tidak perlu lagi keluar dari tokonya untuk mencari segmen yang dimiliki oleh merek itu,” tambahnya.
Hal senada juga dikemukakan Christian F. Guswai, Managing Consultant dari Grow & Prosper Retail Consulting.
“Di daerah peluang department store masih sangat bagus, karena independent fashion outlet seperti Zara, Uniqlo belum hadir di daerah,” kata Guswai kepada Bisnis, Selasa (21/11/2017).
Merek asing tersebut, ujarnya, merambah pasar fesyen Indonesia dengan kekuatan merek, model, dan harga yang bersaing dengan yang disediakan department store.
“Kualitas, model dengan harga terjangkau,” ujarnya.
Posisi tersebut, ujarnya, menarik bagi kalangan muda. Merek fesyen asing terebut saat ini masih merambah mal di kota besar dengan lahan sewa yang luas.
“Dan mal yang ditinggal format besar akan memberikan tempat ke independent stores ini. Contoh di Lippo Mal Puri. Parkson [department store] dari 3 lantai, sekarang tinggal 1 lantai, dan satu lantai yg ditinggal Parkson diisi oleh Uniqlo,” kata Guswai.