Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan importir nasional seluruh Indonesia (GINSI) mengungkapkan barang impor tertahan dan mengendap lama di pelabuhanTanjung Priok akibat adanya gangguan sistem layanan dokumen berbasis online atau satu atap (electronic data interchage/EDI).
EDII dioperasikan oleh PT.Electronic Data Interchange Indonesia (EDII) untuk aktivitas kepabeanan dan karantina di Pelabuhan Tanjung Priok.
Ketua BPD GINSI DKI Jakarta, Subandi mengungkapkan asosiasinya menerima keluhan dari sejumlah importir yang kesulitan dalam proses pengurusan dokumen melalui sistem EDI karena mengalami gangguan sejak Jumat siang (17/11) hingga sore hari ini, Senin (20/11/2017). Akibatnya, barang impor tertahan dan mengendap lama di pelabuhan karena tidak bisa di proses melalui sistem EDI.
"Kami memperoleh informasi dari petugas kami di lapangan sistemnya itu sedang mengalami masalah, kadang bisa diakses, kadang mati sehingga importir tidak bisa melanjutkan proses dokumen," ujarnya kepada Bisnis, pada Senin (20/11/2017).
Subandi mengatakan PT EDII selaku penyedia tunggal layanan sistem berbasis online/EDI untuk ekspor impor di Pelabuhan Priok itu mestinya bisa menjamin tidak adanya gangguan sistem dan segera memperbaiki jika ada kendala.
"Apalagi kalau kondisi (gangguan) ini sudah sangat mengganggu aktivitas pemilik barang karena kontener impor tidak bisa segera diproses.Hal ini secara bisnis sangat merugikan importir," paparnya.
Saat dikonfirmasi Bisnis, Dirut PT.EDII, E.Helmi Wantono mengatakan segera melakukan pengecekan terhadap adanya keluhan para importir di Pelabuhan Tanjung Priok itu.
"Kami cek terlebih dahulu apakah sistem kami yang mengalami gangguan atau bagaimana.Terus terang, saya juga baru mendengar dan belum mendapat laporan kondisi sebenarnya dilapangan," ujarnya.