Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tembakau Alternatif Disebut Bisa Kurangi Dampak Tar

Sejumlah asosiasi dan organisasi yang menaruh perhatian khusus terhadap bahaya tar terhadap kesehatan publik meluncurkan Koalisi Indonesia Bebas Tar (KABAR).
Petani memotong daun muda tembakau /ANTARA-Aditya Pradana Putra
Petani memotong daun muda tembakau /ANTARA-Aditya Pradana Putra

Bisnis.com, JAKARTA--Sejumlah asosiasi dan organisasi yang menaruh perhatian khusus terhadap bahaya tar terhadap kesehatan publik meluncurkan Koalisi Indonesia Bebas Tar (KABAR).

KABAR dibentuk untuk mencari solusi terbaik dalam mengatasi dampak buruk tar dengan cara mengedukasi publik mengenai bahaya tar, salah satunya berasal dari rokok yang dikonsumsi dengan dibakar.

Melalui siaran resmi, Rabu (8/11/2017), koalisi ini beranggotakan Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP), Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Tar Free Foundation, Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI), Perhimpunan Dokter Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat Indonesia (PDK3MI), serta Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI).

KABAR dibentuk atas inisiatif bersama menanggapi rendahnya pemahaman publik mengenai bahaya tar, salah satunya dari rokok yang dikonsumsi dengan cara dibakar.

“Selama ini, orang lebih banyak mendiskusikan mengenai bahaya nikotin yang menyebabkan kecanduan. Padahal, TAR jauh lebih berbahaya karena mengandung zat-zat karsinogenik yang dihasilkan dari pembakaran rokok,” ujar Achmad Syawqie, Ketua KABAR yang juga merupakan Guru Besar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran.

“Kami khawatir pengetahuan yang rendah ini berakibat pada kesalahpahaman masyarakat dalam menentukan pilihannya, utamanya yang berkaitan dengan dampak dari produk tembakau,” ujarnya.

Koalisi ini, tuturnya, berkomitmen untuk menjadi bagian dari solusi atas permasalahan dampak rokok bagi kesehatan, dengan mengedepankan informasi berbasis penelitian ilmiah dan teknologi demi mengatasi dampak buruk TAR melalui produk tembakau alternatif.

“Di negara-negara maju, mereka melakukan berbagai penelitian dan pengembangan atas produk tembakau alternatif yang memiliki tingkat bahaya yang lebih rendah guna mencari solusi bagi para perokok,” jelas Syawqie

Syawqie mencontohkan bahwa pada 2015, agensi kesehatan di bawah Kementerian Kesehatan Inggris Raya Public Health England merilis hasil riset yang menunjukkan bahwa produk nikotin yang dipanaskan menurunkan risiko hingga 95% dari rokok yang dikonsumsi dengan cara dibakar.

“Informasi seperti inilah yang perlu disampaikan kepada masyarakat agar mereka mendapatkan akses atas informasi berbasis penelitian ilmiah sehingga nantinya mereka dapat menentukan pilihannya,” tambahnya.

APVI, salah satu anggota KABAR, juga mengungkapkan kekhawatiran yang sama mengenai minimnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat, khususnya bagi pemerintah, perokok, dan penggiat kesehatan publik mengenai penelitian-penelitian yang mengarah pada produk tembakau alternatif dengan bahaya yang lebih rendah.

“Sebagai konsumen, tentunya saya memiliki hak untuk menentukan pilihan saya dalam mengonsumsi produk tembakau dengan bahaya yang lebih rendah,” ujar Aryo Andrianto, Ketua APVI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Arys Aditya

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper