Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (US FDA) merespons pertanyaan Indonesia mengenai indikator 'berbau' dan 'busuk' yang kerap menjadi alasan Negeri Paman Sam menolak seafood Indonesia.
Respons itu disampaikan FDA secara tertulis kepada pemerintah Indonesia pada 16 Oktober, berdasarkan dokumen yang diperoleh Bisnis. Pemerintah sebelumnya melayangkan sejumlah pertanyaan yang selama ini mencerminkan keresahan eksportir karena ketidakjelasan parameter 'filthy' yang dipakai AS setiap kali menolak seafood Indonesia.
Mengacu pada FDA Compliance Program Guidance Manual, lembaga itu menjelaskan tidak ada metode analitis yang spesifik untuk menentukan apakah produk seafood berbau atau tidak.
FDA menjelaskan analisis sensori merupakan alat utama yang mereka pakai untuk melindungi konsumen dari segala makanan laut yang rusak, termasuk untuk menentukan apakah suatu produk filthy atau tidak.
"Kalaupun analisis kimia diperlukan, analisis sensorik umumnya dilakukan terlebih dahulu untuk menentukan sampel mana yang harus dianalisis kimia," demikian isi dokumen itu.
FDA juga tidak menggunakan tes nonsensori, seperti uji volatilitas oksigen, Trimethylamine (TMA), dan total volatile base nitrogen (TVBN). Metode-metode itu belum cukup terbukti dapat diandalkan untuk menguji sampel karena belum pernah ada rekam jejaknya dalam FDA.
Sebelumnya, Asosiasi Tuna Indonesia (Astuin) mencatat terdapat 29 kasus penolakan AS terhadap produk perikanan Indonesia sepanjang semester I/2017. Sebanyak 59% penyebab penolakan adalah filthy (misalnya berbau atau berwarna tidak cerah), 27% karena salmonella, dan 14% karena histamine.