BIsnis.com, TOKYO - Korporasi konstruksi dan investasi milik negara, PT PP (Persero) Tbk., optimistis pembangunan proyek Bandar Udara Kulon Progo, Yogyakarta bisa terealisasi sesuai rencana, kendati lokasinya berada di kawasan rawan bencana tsunami.
M. Aprindy, Direktur Gedung PTPP mengatakan Jepang pernah dilanda bencana tsunami, tetapi negara yang terkenal dengan bunga sakura ini bisa meminimalisasi dampak dari bencana tersebut.
"Tentu kita bisa belajar dari mereka [Jepang]. Bagaimana bencana tsunami itu tidak menghambat perkembangan infrastruktur," ujarnya di sela kunjungan ke kantor Nikken Sekkei Ltd, Rabu (25/10/2017).
Menurut dia, dengan desain dan penggunaan teknologi yang tepat untuk Bandar Udara Kulon Progo, diharapkan bisa meminimalisir dampak yang ditimbulkan bila terjadi tsunami.
Belajar dari Jepang, lanjutnya, ada dua metode yang bisa diterapkan bila terjadi tsunami. Pertama, dengan melepaskan tekanan tsunami tersebut tetapi dengan dampak yang sekecil-kecilnya. Kedua, menahan laju air laut yang diakibatkan oleh tsunami.
"Apalagi kami [PTPP] ikut andil 70% dari total dana proyek sebesar Rp6 triliun. Tentulah kami tidak mau asal-asalan untuk proyek ini,"katanya.
Sementara itu, sisanya yang 30% ditanggung oleh PT Angkasa Pura I (Persero). "Kunjungan ke Jepang ini sekaligus untuk sharing knowledge dan transfer technologi. Targetnya 2019 atau 2020 proyek ini sudah selesai," tutur Aprindy.
Bandar Udara Kulon Progo merupakan salah satu dari daftar proyek strategis nasional yang dicanangkan Presiden Joko Widodo. Selama ini, PTPP memiliki pengalaman mengembangkan bandar udara, yakni proyek pembangunan Terminal Penumpang Bandara Internasional Kertajati, Jawa Barat.
Hong Heng Yuan, Arsitek Nikken Sekkei Ltd mengatakan untuk pembangunan bandara di lokasi yang rawan bencana, terutama tsunami, tidak hanya menyangkut masalah desain gedung, tetapi dari segala aspek.
"Master desaign untuk bandara yang rawan bencana, tidak hanya engineer saja, tetapi harus menyeluruh. Harus full dari segala aspek," tuturnya.