Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Agar Harga Kerapu Stabil, Pembudidaya Ingin Pemerintah Lakukan Ini

Pembudidaya kerapu ingin agar pemerintah mengizinkan kapal pengangkut memuat kerapu dari beberapa pelabuhan muat singgah untuk mengatasi penumpukan stok di lokasi budidaya. Dengan demikian, harga ikan karang itu bisa stabil.
Ilustrasi budi dqaya ikan kerapu/Antara
Ilustrasi budi dqaya ikan kerapu/Antara

Bisnis.com, JAKARTA -- Pembudidaya kerapu ingin agar pemerintah mengizinkan kapal pengangkut memuat kerapu dari lebih dari satu pelabuhan muat singgah untuk mengatasi penumpukan stok di lokasi budidaya. Dengan demikian, harga ikan karang itu bisa stabil.

Agung Sembodo, pembudidaya kerapu di Situbondo, Jawa Timur, sekaligus Ketua Perhimpunan Pengusaha Budidaya Keramba Jaring Apung mengungkapkan semangat pembudidaya di Kota Kerapu lunglai akhir-akhir ini karena harga kerapu anjlok menjadi Rp90.000 per kg.

Pembudidaya di kabupaten itu enggan beraktivitas. Dari sekitar 3.000 lubang keramba jaring apung (KJA) di Situbondo, hanya 20% yang terisi.

Kondisi itu terjadi karena kapal pengangkut yang membeli kerapu dari lokasi itu minim setelah pemerintah membatasi armada pengangkut asing hanya boleh memuat ikan hidup di satu pelabuhan muat singgah setiap kali masuk ke Indonesia.

Agung mengatakan harga mulai naik beberapa hari terakhir menjadi Rp110.000 per kg setelah kapal feeder dari Sulawesi berbelanja kerapu di Situbondo.

"Harapan kami, karena sekarang konsumsi ikan [domestik] agak kurang, kalau bisa kapal angkut ngambil jangan dari satu lokasi. [Sebaiknya bisa juga ambil dari] Bali, Situbondo, Lampung, biar terpenuhi ikan yang mau dikirim ke luar negeri. Kalau mengambil dari Situbondo saja, misalnya hanya 35 ton, enggak mungkin," katanya di Jakarta, Jumat (20/10/2017).

Dalam catatan Asosiasi Budidaya Ikan Laut Indonesia (Abilindo), kapasitas kapal angkut asing rata-rata 30 ton, sedangkan saat ini belum ada lokasi usaha budidaya kerapu yang sanggup memasok 30 ton.

Akibat pembatasan pengangkutan itu, banyak kawasan budidaya tidak terlayani sehingga stok kerapu di lokasi itu menumpuk dan harganya jatuh.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper