Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pebisnis Air Minum dalam Kemasan Mulai Bernafas Lega

Asosiasi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan menyatakan pada kuartal III tahun ini penjualan mulai mengalami peningkatan yang lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya.
Suasana di depo air minum dalam kemasan./Antara
Suasana di depo air minum dalam kemasan./Antara

Bisnis.com, JAKARTA—Asosiasi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan menyatakan pada kuartal III tahun ini penjualan mulai mengalami peningkatan yang lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya.

Ketua Asosiasi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan (Aspadin) Rachmat Hidayat mengatakan berdasarkan informasi yang dihimpun dari anggota asosiasi, pada kuartal III ini mulai terasa adanya peningkatan permintaan setelah pada kuartal I dan II mengalami kelesuan. Bahkan pada Lebaran lalu, penjualan meleset dari target dan lebih rendah dibandingkan dengan penjualan AMDK pada lebaran tahun sebelumnya.

“Walaupun belum ada angka pasti pertumbuhannya, anggota kami menginformasikan adanya kenaikan permintaan yang baik. Namun, ini nanti akan mengkompensasi pertumbuhan yang lesu pada kuartal-kuartal sebelumnya,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (18/10/2017).

Rachmat menyatakan secara umum, industri minuman domestik sedang tertekan. Ini terlihat dari pertumbuhannya yang turun sebesar 3,8% secara tahunan. Industri air minum dalam kemasan masih dapat tumbuh meskipun mengalami perlambatan.

Melihat mulai meningkatnya permintaan AMDK, Rachmat memperkirakan penjualan pada kuartal akhir nanti akan lebih tinggi yang didorong oleh libur Natal dan tahun baru. Menurutnya, hari libur tersebut menjadi faktor pendorong selain Lebaran.

Target pertumbuhan industri AMDK sepanjang tahun ini berada di level 7% hingga 9% secara tahunan. Asosiasi masih optimistis bakal mencapai target tersebut dengan sisa harapan pada kuartal IV. Pada tahun lalu, industri AMDK mencatatkan penjualan sebanyak 26 miliar liter dan tahun ini diproyeksikan menjadi 27 miliar liter.

Kendati permintaan masyarakat belum tumbuh optimal, tingkat utilisasi pabrikan masih tinggi dibandingkan dengan industri lainnya. Rachmat menyebutkan saat ini tingkat utilisasi berada di kisaran 80% hingga 90%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper