Dari catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), total volume penjualan hingga September 2017 mencapai 163,6 terrawatt hour (TWh).
Selama 9 bulan tahun lalu, angka yang dicatatkan adalah 158,6 TWh. Sedangkan selama 9 bulan 2015, penjualan listrik mencapai 149,77 TWh.
Direktur Eksekutif Institute Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, hal ini dikarenakan laju pertumbuhan konsumsi listrik industri yang sedikit melambat. Menurutnya, pertumbuhan industri tidak sebesar yang diperkirakan. Sejumlah kawasan industri dan smelter tidak beroperasi.
"Selain itu, ada fenomena sejumlah BUMN mulai membangun pembangkit listrik. Misalnya Pupuk Indonesia dan Pelindo. Secara bertahap, banyak industri yang mulai meninggalkan PLN," katanya menjawab bisnis, Senin (16/10).